Tiba-Tiba Januari Berlalu
Aris Permana, S.Pd
"Aku masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Wajahnya yang cerah, senyumnya yang manis, dan matanya yang berkilau seperti bintang di malam yang gelap. Namanya Adinda, dan aku langsung jatuh cinta padanya.
Kami bertemu di sebuah kafe kecil di pinggir kota. Aku sedang menulis cerita, dan dia sedang membaca buku. Kami berbicara tentang buku dan cerita, dan aku menemukan bahwa kami memiliki banyak kesamaan.
Seiring waktu, aku semakin jatuh cinta padanya. Kami mulai berjalan-jalan bersama, menonton film bersama, dan berbagi cerita dan impian kami. Aku merasa seperti telah menemukan jiwa kembaranku.
Tapi, seperti yang sering terjadi, cinta kami tidaklah semudah yang kami pikirkan. Adinda memiliki tujuan yang jelas, yaitu menjadi seorang penulis terkenal. Aku, di sisi lain, masih belum yakin tentang tujuan hidupku.
Suatu hari, Adinda mengajakku untuk pergi ke sebuah tempat yang indah. Kami pergi ke pantai, dan menikmati sunset bersama. Aku merasa seperti sedang berada di surga.
Tapi, saat kami sedang menikmati sunset, Adinda tiba-tiba mengatakan bahwa dia harus pergi ke luar negeri untuk mengejar impiannya. Aku merasa seperti kehilangan sebagian dari diriku sendiri.
"Aku tidak bisa meninggalkanmu," aku berkata.
"Tapi, aku harus pergi," Adinda menjawab. "Aku memiliki tujuan yang harus aku capai."
Aku merasa seperti sedang berada di persimpangan jalan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi, aku tahu bahwa aku tidak bisa meninggalkan Adinda.