Rindu di Ujung Senja
Aris Permana,S.Pd
Aku masih ingat saat pertama kali aku melihatnya. Ia berdiri di tepi pantai, menatap ke arah laut yang biru. Senja yang mulai turun membuat langit berubah menjadi merah keemasan. Aku merasa seperti sedang melihat sebuah lukisan yang indah.
Aku mendekatinya, dan ia menoleh ke arahku. Mata kita bertemu, dan aku merasa seperti sedang terkena petir. Ia tersenyum, dan aku merasa seperti sedang melihat cahaya yang menerangi kegelapan.
"Namamu siapa?" aku bertanya, mencoba untuk tidak terlalu terkesan.
"Aku Raisa," jawabnya, dengan suara yang lembut seperti musik.
Aku memperkenalkan diri, dan kita mulai berbicara. Aku merasa seperti sedang berbicara dengan seseorang yang sudah aku kenal selama bertahun-tahun. Raisa memiliki kepribadian yang unik, dan aku merasa seperti sedang terpesona olehnya.
Hari-hari berlalu, dan kita semakin dekat. Aku mulai merasakan perasaan yang aku tidak pernah rasakan sebelumnya. Aku jatuh cinta dengan Raisa.
Tapi, aku tidak berani mengungkapkan perasaanku kepada Raisa. Aku takut bahwa ia tidak akan merasakan hal yang sama. Aku memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku.
Suatu hari, kita berjalan-jalan di pantai yang sama tempat kita pertama kali bertemu. Senja yang mulai turun membuat langit berubah menjadi merah keemasan. Aku merasa seperti sedang melihat sebuah lukisan yang indah.
Aku memegang tangan Raisa, dan ia tidak menariknya kembali. Aku merasa seperti sedang mendapatkan sinyal bahwa ia juga merasakan hal yang sama.