Mohon tunggu...
Muhammad Ramli Arisno
Muhammad Ramli Arisno Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Dulu hobi baca, sekarang lebih suka nonton berita. Memiliki ketertarikan dengan politik dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PSK (Pahlawan Stabilitas Keamanan)

21 Desember 2015   05:38 Diperbarui: 21 Desember 2015   11:06 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 SAYA tiba-tiba saja tertarik memplesetkan akronim pekerja seks komersial (PSK) menjadiPahlawan Stabilitas Kekuasaan. Mengapa? Karena profesi yang sebenarnya “mulia” bak pahlawan ini, akhir-akhir ini memang layak diduga telah dimanfaatkan oleh elit kekuasaan untuk menstabilisasi kekuasaan mereka.

Saya menjadi ikut-ikutan sepakat dengan kesuudzonan umum yang berkembang di masyarakat, bahwa fenomena munculnya berita penangkapan sejumlah artis dan pengungkapan kasus-kasus perdagangan sahwat, seperti terungkapnya kasus prostitusi  online yang melibatkan para pesohor negeri ini sebagai upaya pengalihan isu dari perhatian rakyat terhadap kegaduhan politik di episentrum kekuasaan istana. Termasuk dari dagelan politik di Senayan, dan drama-drama sarkastik yang dimainkan keduanya, yang turut berimbas pada pilar kekuasaan lain seperti yudikatif, yang tentu saja menjadi santapan lezat media massa dan rakyat penyimaknya.

Pengalihan isu semacam ini memang bukan hal baru. Tidak terjadi di zaman rezim sekarang saja. Boleh dikata, rezim yang berkuasa sekarang hanyalah pengulang kisah sukses rezim sebelumnya. “Kegilaan” pers akan berita-berita heboh dan naluri mereka mengais info-info undercover dimanfaatkan dengan menciptakan isu-isu yang mampu meredam isu-isu liar tak terkendali diluar keinginan rezim untuk terus bergulir.

Mereka paham betul, untuk menjinakkan pencari berita, tidak mungkin dengan amplop yang hanya manjur untuk wartawan bodrex alias wartawan abal-abal yang biasanya bekerja pada media kecil yang menyandarkan kepulan asap dapur mereka dari “santunan” humas pemerintah. Bagi media besar, tentu perlu treatment lain. Menjinakkan dengan memberi mereka berita yang lebih heboh dan menarik.

Konon, rezim terdahulu selalu memainkan isu yang sedang tren saat itu, tentang teroris untuk menstabilitasi kekuasaan mereka yang goyang akibat krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah dengan membuat berita-berita heboh seputar keberhasilan mereka mengungkap jaringan teroris yang selama ini mencekam warga dunia.

Keberhasilan tersebut memang sukses menutup “cacat” mereka akibat, misalnya kebijakan menaikkan subsidi BBM yang membuat panik masyarakat, penyelesaian kasus BLBI, Century, dan lainnya yang belum ada kejelasan.

Kegaduhan politik menjadi tidak lagi terlalu dirasakan lantaran tersamarkan oleh keterkejutan akan kabar tertangkapnya gembong teroris yang selama ini begitu dicari pada saat bersamaan. Perhatian publik yang awalnya terseret untuk mengamati kebijakan pemerintah yang berpotensi mengganggu stabilitasi kekuasaan, menjadi sedikit ternetralisasi.

Dan lagu lama pun rupanya ingin diputar ulang rezim sekarang, tentunya dengan sedikit gubahan. Munculnya berita heboh, yang tentu saja menarik perhatian publik seputar terungkapnya kasus prostisusi online para artis, dapat saja dihubung-hubungkan sebagai penyebab kemunculannya dengan isu panas yang berembus di lingkungan istana dan senayan. Ini sangat masuk akal, ketika pertengahan April 2015 muncul berita tentang rencana mahasiswa yang tengah mempersiapkan peringatan kejatuhan rezim Soeharto yang pernah berkuasa selama 32 tahun, yang berhasil disudahi kekuasaannya hanya dengan demo besar-besaran yang mengepung istana dan diikuti demo-demo serupa di seluruh tanah air pada tahun 1998 silam.

Rencana mahasiswa sudah mulai tampak dengan penggalangan demo kecil-kecilan yang mulai rutin dilakukan sejak April dengan rencana puncaknya pada bulan Mei, tepat saat dulu Soeharto “terusir” dari istananya. Akan ada rencana demo besar-besaran, dan kalau timing takdirnya pas, maka Jokowi pun akan dipaksa lengser saat itu juga. Akibat janji saat kampanye, kenyataannya masih jauh panggang dari api. Mereka berencana akan menggelar demo besar-besaran untuk menurunkan Jokowi-JK yang kekuasaannya belumlah sampai seumur jagung.

Berita seputar rencana tersebut sudah berhembus demikian kencang sejak April. Di hampir semua media massa, tidak terkecuali salah satu media yang selama ini dikenal habis-habisan membela Jokowi, turut pula memberitakannya. Walaupun dengan kadar yang dipastikan hanya untuk menetralisir berita media massa lainnya yang lebih garang.

Berita yang datang bergulung-gulung dan secara terus-menerus digulirkan itu, tentu saja membuat ciut nyali. Pemerintah mulai khawatir. Jangan-jangan benar, nasibnya sama dengan rezim yang pernah berkuasa selama puluhan tahun itu. Tumbang hanya dengan gerakan massa yang mengairbah mengepung ibukota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun