Chat GPT 4.O banyak sekali digunakan oleh anak-anak muda sekarang, di mana-mana saya lihat, kawan-kawan saya juga ikut-ikutan, dan tentu saja caranya sangat menarik, yaitu munggah foto, kemudian kita bisa mendapatkan gambar animasi mirip-mirip dengan studio Ghibli.
Ini adalah sesuatu yang baru saja dirilis 25 Maret yang lalu, tetapi sudah heboh. Bahkan mesinnya, GPU-nya sampai melting katanya, dikatakan karena jutaan orang mengunggahnya, dan sudah mulai banyak protes.
Protes kenapa? Protes karena dianggap tidak menghargai human arts, jadi untuk menghasilkan karya semuanya itu kan ada karya cipta, ada suatu kehebatan manusia yang tidak dimiliki oleh mesin.
Tapi mesin kemudian mempelajari polanya, dan dalam waktu sekejap mesin bisa menghasilkan, membuat cara yang baru.
Sebenarnya ini sudah lama diperbincangkan, lukisan Rembrandt misalnya, itu sudah lama dilihat polanya. Jadi setelah diambil beragam pola, akhirnya kemudian AI bisa melukis Rembrandt menurut versi permintaan manusia.
Jadi Anda pun bisa meminta pada AI untuk membuat lukisan Rembrandt ala petani di Pulau Jawa yang sudah ngopi di pagi hari. Bisa tuh kita bikin, dan kemudian orang di Eropa melihat lukisan itu langsung bilang, eh ini Rembrandt dan itu adalah polanya, karena setiap lukisan hebat itu pasti ada polanya.
Dan pola-pola itu lah yang kemudian di capture oleh AI. Lantas bagaimana dengan Ghibli? Ghibli itu sudah lama, pendirinya Haya Umia Saki mengatakan bahwa setiap penggunaan AI untuk animasi itu adalah penghinaan terhadap kehidupan. Dan akhirnya sekarang terjadi. Gimana sih sekarang ini?
Jadi saya ingat dengan kejadian tahun 1999, dulu belum ada aplikasi, tetapi ada sebuah perusahaan nyamanya Napster. Napster itu berupa website biasa begitu, tapi semua orang bisa memasukkan lagu-lagu kesukaan mereka, dan kemudian diberikan cuma-cuma kepada semua orang. Ini belum menjadi Spotify, gimana Spotify kemudian sekarang memberikan royalti kepada para pencipta lagu dan juga tentu saja para penyanyinya. Dan kita bisa menikmatinya, kita bayar pada Spotify.
Tetapi dulu Napster itu diberikan free, dan kemudian menimbulkan kehawatiran di dunia, bahwa nanti karya cipta itu akan hilang karena tidak lagi dihargai. Oleh karena itulah Napster kemudian dituntut, di bawah ke Mahkamah Agung, dan akhirnya Napster kalah.
Grup-grup besar seperti Metallica turut menuntut, dan asosiasi rekaman musik di Amerika juga ikut menuntut, dan akibatnya Napster dihukum, dan dianggap melanggar hak cipta.