Mohon tunggu...
Aris Risnandar
Aris Risnandar Mohon Tunggu... -

hanya ingin bercerita...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Oleh-oleh Presiden

14 Mei 2013   01:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:37 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ngomongin oleh-oleh atau cendramata hampir kebanyakan orang akan tertuju pada hal-hal yang bersifat konsumtif seperti makanan, pakaian atau yang lainnya yang memang jadi ciri khas dari suatu tempat atau daerah. Jarang banget bahkan hampir bisa saya pastikan tidak ada orang yang nanyain oleh-oleh yang sifatnya jasa. Misalnya, ibu kamu baru datang dari Nias. Nah di Nias kan yang jadi ciri Khas itu lompatin tembok yang tingginya bisa 15 meteran tuh. Masa tiba-tiba kamu nagih oleh ke ibu kamu:


"Bu mana loncatannya.....?"


Oleh-oleh itu biasanya sangat konsumtif. Yang ditanyain mesti yang bisa di makan atau di pakai dan menjadi khas dari suatu daerah. ciri khas itu biasanya mudah ditemukan, karena biasanya bertebaran di sepanjang jalan, terutama jalan-jalan masuk dan keluar dari daerah tersebut. Bandung misalnya. Salah satu ciri khas dari kota itu adalah peuyeum atau tape. Jika kamu jalan-jalan ke kota ini, hampir setiap jalananya bisa ditemukan peuyeum itu.


Tapi ada hal yang berbeda jika jalan-jalannya di Banyumas, Jawa Tengah. Sepengetahuan saya, dari beberapa teman yang berasal dari daerah sana, oleh-oleh yang menjadi ciri khas dari daerah ini katanya makanan Gethuk. Sejenis makanan ringan yang terbuat dari singkong bulat-bulat kecil, berwarna cokelat dengan rasa yang manis. Biasanya di bungkus pake bungkusan dari serpihan bambu yang di Sunda disebut besek atau pipiti (saat menulis ini belum cari tau bahasa Indonesianya apa...).


Tapi justru untuk oleh-oleh khas Banyumas ini saya sedikit ragu. Betulkah ghetuk? kenapa saya ragu? Begini, sepanjang jalanan di daerah Banyumas, ketika saya lewat sana kalau pulkam libur kuliah, yang banyak saya liat malah spanduk, bukan ghetuk. Ya, spanduk yang terbuat dari kain, berukuran lebar sekitar 1 meter dan panjang 2 meteran, berwarna kuning dan hampir nancap di pinggir jalanan dengan tulisan yang sama; "R.M Pring Sewu". yang beda hanya jaraknya; 60 KM lagi, 40 KM lagi, 10 KM lagi, 500 Meter lagi, 50 Meter lagi sampai 0 KM lagi.


Masa ketika saya datang ke rumah terus di tanyain adik saya: "Aa pasti lewat Banyumas ya?mana oleh-olehnya?" terus sayab harus kasih dia spanduk Pringsewu gitu. Ah kasihan sekali nanti adik saya juga saya yang ribet bawanya.


Kalau begitu, nggak ada yang khas dong oleh-oleh di Indonesia ini yang katanya beraneka ragam, apalagi kalau menjelang pemilu presiden. Semua daerah pasti jalanannya di penuhi spanduk. Kebayang ketika saya abis keliling Indonesia, terus adik saya nanyain oleh-olehnya;


"Aa katanya abis keliling Indonesia, mana dong oleh-oleh dari berbagai daerahnya?"


Terus saya kasih spanduk JK, Prabowo, Megawati, ARB gitu? pasti nanti adik saya bilang:


"Aa ko oleh-oleh tiap daerah sama? apa nggak ada yang lain?"
sumber: http://ceritamiring.blogspot.com/2013/04/oleh-oleh-presiden.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun