Togel Oleh: AK Basuki
Kemiskinan bagi Sarbini sudah menjadi takdir tujuh generasi. Kronis. Sejak dari jaman kuda gigit bokong kompeni sampai jaman kuda gigit hape android, kesejahteraan garis keturunan keluarganya tidak pernah tinggi. Cerita masa lalu dan sejarah keluarga itu sudah sering dia dengar dari bapaknya yang diceritakan oleh kakeknya, yang juga mendengar cerita itu dari kakeknya bapaknya, yang hanya meneruskan cerita itu dari bapaknya kakeknya bapaknya, yang mengutip cerita itu juga dari bapaknya bapak kakeknya bapaknya, yang mendapat cerita itu dari bapaknya bapaknya bapak kakeknya bapaknya. Kesimpulan mereka semua sama, memang lebih enak punya moyang orang kaya karena biasanya kekayaan itu menurun presis penyakit kencing manis atau asma.
Makanya, sejak kecil Sarbini didoktrin untuk bisa mengubah nasib sendiri agar tidak keblasuk jadi kere macam senior-seniornya itu. Tapi mana bisa? Sejak kecil Sarbini dan saudara-saudaranya yang lain tidak sekolah karena tidak ada biaya. Aneh, memang, sejak bangsa ini lulus dari penjajahan, sekolah malah bayar. Mending di jaman perang dulu. Tidak usah sekolah, ikut perang. Modal nekat dan berani mati bisa jadi jendral. Presis Naga Bonar. Jaman sekarang, tidak punya ijazah mana bisa kerja layak? Yang punya ijazah sarjana seperti tetangganya, Muhaimin, malah kadang hanya menganggur dan jadi sering ngumpul di pertigaan Ngasem. Minum ciu sambil ngrokoti jambu air bareng anak muda pengangguran lainnya.
Sarbini toh sudah berusaha semaksimal mungkin. Beberapa pekerjaan sudah pernah dilakoni. Jaga parkir di pertokoan, buruh bangunan, memburu rongsokan, hingga jadi anak buah kapal nelayan. Sayang, sudah beberapa bulan dia tidak pernah diajak melaut lagi oleh juragannya karena hasil tangkapan tidak sebanding dengan biaya operasional kapal. Mungkin ikan-ikan di perairan Indonesia sudah habis atau dihasut ikan-ikan negara jiran untuk menyeberang ke perairan sana. Di sana ikan-ikan merasa aman, karena justru nelayan sana pada cari ikan di sini.
Sampai beberapa bulan lalu lalu, keberuntungannya berubah. Sarbini didatangi Makmuri dan ditawari jadi penjual togel. Kesempatan emas yang bukan emas karena resikonya lumayan besar.
"Keuntungan 20% potong uang pulsa dan satu kali makan siang," kata Makmuri tanpa ekspresi. Orangnya memang begitu.
"Yang biasa njual kemana?"
"Sudah kapok."
"Kenapa kapok?"
"Ditangkep pulisi."
"Kalo saya juga ketangkep nanti, gimana?"