Tulisan ini disadur dari buku Studi Kebantenan Dalam Catatan Sejarah, penulis: Iwan Ridwan, S.Pd.I.,M.Pd.I, dkk, penerbit: Media Edukasi Indonesia, Cetakan Pertama, November 2021.
Banten adalah sebuah Provinsi di Pulau Jawa Indonesia. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun sejak dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan dan 1.273 desa. Di samping ini Banten merupakan jalur penghubung antara Jawa dan Sumatera. Wilayah Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi Jakarta. Wilayah Banten yang sangat strategis sebagai kota dimanfaatkan dengan baik oleh Sunan Gunung Jati untuk memperdayakan puteranya Pangeran Hasanuddin menjadi Sultan pertama di wilayah Banten dan titik awal kesultanan Banten berdiri, sekaligus menggantukan Banten Girang yang bercorak Hindu menjadi Kesultanan Banten yang bercorak Islam. Catatan sejarah menulis jika Sultan Hasanuddin memerintah dengan baik dan dibawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin membuat Banten menjadi kuat, dan Islamisasi dianggap semakin berkembang. Banten merupakan salah satu tempat berdirinya suatu kerajaan besar Islam di Nusantara dan melahirkan banyak para ulama ilmiah dan para pejuang.
Akan tetapi ketika itu Syarif Hidayatullah yang datang dari Cirebon tiba di Banten sedikit demi sedikit melakukan penyebaran Islam di daerah Banten. Syarif Hidayatullah melakukan pernikahan pada 1457 M dengan adik dari bupati Banten yang menghasilkan dua anak yang dimana bernama Nhay Kawanganten dan Pangeran Hassanudin. Pangeran Hassanudin menginjak dewasa Syarif Hidayatullah pergi ke Cirebon untuk mengemban tugas sebagai Tumenggung disana. Sedangkan tugas penyebaran Islam di Banten diserahkan kepada Pangeran Hassanudin. Perkembangan agama Islam yang secara bertahap di kawasan wilayah Banten pada akhirnya menggantikan posisi politis. Kesultanan pun perlahan mulai muncul untuk menggoreskan tinta sejarahnya di tataran wilayah Banten. Hal ini sangat penting untuk dikaji mengenai perkembangan kesultanan Banten dari masa ke masa dan kesultanan Banten pernah memuncaki kejayaanya sebagai kerajaan Islam di Nusantara. Sultan pertama Banten yaitu Maulana Hasanuddin yang memerintah tahun 1527-1570 ini mulai mendirikan kerajaan Islam Banten yang sejak pengambil alihan kekuasaan oleh kerajaan Demak. Pada massa kesultanan Maulana Hasanuddin ini menguasai hingga kedua sisi selat sunda dan meluas hinga ke Sumatra Selatan. Pada masa Maulana Hasanuddin kesultanan Banten menunjukkan signifikan kemajuan sebagai sebuah kerajaan Islam di Nusantara. Sultan Maulana Yusuf sebagai kesultanan yang kedua sekaligus sebagai pengganti ayahnya hanya memberikan strategi pembangunan lebih dititik beratkan pada pengembangan infrastruktur kota, pemukiman penduduk, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian (Hadiwibowo, 2013). Puncak kejayaan dari kesultanan Banten mulai berjaya dan berkuasa di Nusantara pada masa kesultanan Abdulfatah atau Ageng Tirtayasa. Pada masa kesultanan Ageng Tirtayasa sudah memberikan pengaruh besar dan perubahan kerajaan Banten pada masanya, dan membuat sosial masyarakat Banten menjadi sejahtera. Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai orang yang ahli dalam strategi dan berhasil membina mental para prajurit Banten dengancara mendatangkan guru-guru agama dari Arab, Aceh, Makassar, dan daerah lainnya.
Kesultanan Banten mulai bergerilya ke Batavia untuk melawan VOC dan semakin memperluaskan kekuasaan wilayahnya sampai ke kesultanan Sunda. Upaya yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa dalam upaya mengembangkan Kerajaan Islam Banten dalam aspek politik dan sosial masyarakat Banten melalui hubungan kerja sama Internasional dan melalui perekonomian perdagangan untuk dapat membuat kesejahteraan masyarakat Banten. Hal ini berhasil menarik perdagangan dan hubungan kerja sama dengan dunia luar terutama bangsa Eropa dan Bangsa Timur Tengah. Setiap kemajuan akan mengalami kemunduran dan kelemahan akibat dari politik dari kesultanan itu yaitu seperti kesultanan Ageng Tirtayasa terjadilah suatu konflik dari politik kesultanan tersebut, yang dimana adanya konflik dari Sultan Ageng Tirtayasa dan anaknya yaitu Sultan Haji. Terjadilah suatu perang antara anak dan ayahnya untuk berkuasa di wilayah kesultanan Banten. Konflik tersebut tidak luput dari campur tangan VOC yang mengadu domba antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa termasuk salah satu orang yang sangat menentang segala bentuk penjajahan asing atas negaranya dan bahkan tidak pernah berkeinginan untuk berkompromi dengan Belanda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H