Mohon tunggu...
Ariska Avrillyani
Ariska Avrillyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakara

Saya memilki hobi menulis, mendengarkan musik, dan memiliki keterkaitan dengan bidang fotografi dan videografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebuah Resensi: Potret Perjuangan 45 dalam Novel "Di Tepi Kali Bekasi"

30 Oktober 2024   04:30 Diperbarui: 30 Oktober 2024   08:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tema novel ini adalah perlawanan rakyat kecil yang mati-matian mencari keadilan. Farid merupakan anak dari seorang bapak mantan serdadu kompeni di Aceh, bapak Farid sebetulnya melarang Farid untuk turun ke dalam peperangan, ia tahu bengisnya perlakuan penjajah terhadap rakyat kecil, sungguh orang tua mana yang rela anaknya menjadi korban kejahatan. Farid tidak menghiraukan larangan tersebut, dirinya pemuda keras kepala yang memikirkan nasib bangsa Indonesia, membela negara adalah sebuah kewajiban. Selain berfokus pada kisah Farid, novel "Di Tepi Kali Bekasi" mengisahkan pula teman seperjuangan Farid, yaitu Soerip si penakut, dan Amir yang selangkah lebih unggul karena mempunyai pengalaman perang sebelumnya.

Kekurangan

Novel "Di Tepi Kali Bekasi" memiliki alur yang sedikit lambat, penggunaan diksi yang berat, dan masih bersimpuh pada penggunaan ejaan zaman dahulu, sehingga akan menyulitkan beberapa pembaca yang belum terbiasa membaca novel-novel karya Pram. Naskah yang diterbitkan tidak sepenuhnya ada membuat kita jadi tidak mengetahui kisah novel ini secara keseluruhan.

Kelebihan

Walaupun penggunaan diksi yang berat, rangkaian kalimat yang dipakai tetap realistis membuat pembaca ikut merasakan sensasi ketegangan dan kerusuhan pada masa revolusi, sehingga menimbulkan rasa iba yang mendalam. Pengembangan tokoh yang digambarkan mampu menimbulkan gairah, mengingat di antara mereka bukanlah seorang ahli militer. Selain memuat nilai nasionalisme, novel ini juga mengandung kritik sosial pada zaman revolusi, bagaimana ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi sosial yang tercipta pada masa itu.

Dalam novel "Di Tepi Kali Bekasi", Pram ingin bercerita bagaimana kerusuhan yang terjadi serta bagaimana kiat pemuda untuk mempertahankan bangsanya. Kita sebagai warga negara Indonesia harus memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang kuat agar tidak kembali dijajah. Novel ini cocok bagi yang menyukai sejarah, karena membantu kita untuk mengetahui lebih dalam peristiwa apa saja yang terjadi ketika masa revolusi dan tentunya akan menambah wawasan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun