[caption id="attachment_161043" align="aligncenter" width="442" caption="Sate kadal / foto oleh Aris Heru Utomo"][/caption]
Bagi kebanyakan orang, memakan jangkrik, kaki seribu, kalajengking, kumbang, laba-laba,bintang laut, ulat sutra atau kadal merupakan suatu kegiatan yang tidak pernah terbayangkan bahkan menjijikkan. Jika pun harus memakannya, sepertinya diperlukan nyali ekstra untuk mengatasi rasa takut dan jijik. Namun tidak demikian halnya dengan sebagian masyarakat China yang terbiasa memakan apapun, termasuk serangga dan reptil yang dimakan sebagai cemilan dengan penuh kenikmatan.
[caption id="attachment_161042" align="aligncenter" width="553" caption="Salah satu lorong di Wangfujing Street Beijing / foto oleh Aris Heru Utomo"]
Pemandangan tersebut saya saksikan langsung dii Wangfujing Street, sebuah kawasan wisata di Beijing, dimana para para pengunjung, khususnya orang-orang China, membeli dan memakan kumbang, kelabangatau kuda laut, yang ditusuk dengan sebatang bambu menyerupai sate. Dengan sangat asyiknya mereka memakan sate-sate unik tersebut seperti halnya memakan sate ayam. Tidak terdapat kesan takut atau jijik ketika menyantap makanan tersebut.
[caption id="attachment_153090" align="aligncenter" width="590" caption="Aneka kuliner serangga liar / foto oleh Aris Heru Utomo"]
Sementara itu, para pedagang makanan menjajakkan sate serangga, kalajengking, kadal dan lain-lain secara atraktif untuk menarik pengunjung yang ingin merasakan sensasi kuliner ekstrem. Berada di sebuah lorong sepanjang sekitar 700 meter, persis di sebelah barat jalan utama, para pedagang makanan dan minuman tersebut berjejer rapih menyediakan berbagai ragam makanan, mulai dari makanan yang umumnya ditemui di restoran seperti bebek panggang, sate burung dan keong hingga serangga dan kadal.
[caption id="attachment_153091" align="aligncenter" width="590" caption="Sate kuda laut / foto oleh Aris Heru Utomo"]
Para pedagang memajang aneka sate serangga, kalajengking, laba-laba dan reptil yang setiap tusuknya dijual antara 10-25 renminbi (sekitar 14 ribu- 35 ribu rupiah). Isi setiap tusuk sate bervariasi, tergantung hewannya. Jika hewan tersebut adalah jangkrik, kaki seribu atau kalajengking, maka setiap tusuknya bisa berisi 4-5 ekor, tetapi jika hewan tersebut adalah kuda laut maka setiap tusuknya hanya berisi satu ekor.
Jika melihat jumlah dan besar hewan yang dijual per tusuknya, kita mungkin merasa harga yang ditawarkan agak sedikit mahal. Tetapi untuk sebuah sensasi dan uji nyali kuliner unik, harga tersebut sepdang dengan keunikannya. Apalagi hewan-hewan yang sudah dihangatkan dengan cara dipanggang tersebut bisa langsung disantap tanpa ada tambahan bumbu apapun.
Meski bukan pertama kali melihat pedagang yang menjual makanan unik, namun ketika melihat hewan-hewan seperti serangga dan reptil dijajakkan sebgai makanan, kesan aneh dan jijik tidak bisa dihilangkan begitu saja. Bayangkan, hewan-hewan yang kehadirannya kerap diabaikan karena mengganggu dan menjijikkan, tiba-tiba muncul sebagai suatu santapan meski hanya berupa cemilan yang jika belum terbiasa, secara psikologis bisa memunculkan penolakan dari perut. Apalagi bau bakaran daging begitu menyengat saat berada di lorong tersebut.
[caption id="attachment_153093" align="aligncenter" width="590" caption="Sate Kalajengking dan kepompong ulat / foto oleh Aris Heru Utomo"]
Tapi seperti saya sebutkan di awal, masyarakat China sudah terbiasa dengan makanan tersebut sehingga tidak terkesan takut dan jjik saat memakannya. Ketika ditanyakan rasanya, banyak yang mengatakan mirip keripik kentang dan renyah. Selain rasa yang renyah, tidak sedikit yang yakin bahwa kelabang dan kumbang konon bisa dijadikan campuran obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit sepertirematik dan tetanus.
[caption id="attachment_153094" align="aligncenter" width="590" caption="Keong bumbu kari / foto oleh Aris Heru Utomo"]
Sebenarnya selain makanan unik dan ekstrem seperti serangga dan reptile yang dijajakan di Wangfujing Street ini, kita juga dapat menjumpai makanan lain yang tidak kalah uniknya seperti baso kulit sapi dan keong atau kerang bumbu merah mirip kari. Untuk baso kulit sapi, sebagian basonya dibuat dari campuran ikan, sehingga lebih tepat disebut baso ikan, namun disajikan dengan sayatan kulit sapi yang terlihat jelas teksturnya. Sementara keong atau kerang dimasak dengan sedikit santan dan campuran cabai merah halus dengan warna kemerahan yang muncul begitu kuat. Ketika dicicipi, kuahnya agak sedikit asam dan menyegarkan saat disajikan dalam kondisi hangat.
[caption id="attachment_153095" align="aligncenter" width="590" caption="Youghurt yang siap dihangatkan / foto oleh Aris Heru Utomo"]
Untuk minuman, selain minuman yang seperti minuman ringan dan bir, di Wangfujing Street kita juga bisa merasakan youghurt hangat yang sudah dikemas dalam gelas menyerupai guci arak. Harga per gelasnya 5 renminbi (sekitar 7000 rupiah). Cocok diminum di saat suhu udara -2 seperti saat sekarang ini.
Nach kalau suatu saat anda kebetulan atau sengaja jalan-jalan ke Beijing, jangan lewatkan kesempatan untuk menguji nyali anda dengan mencicipi kuliner unik dan ekstrem di Wangfujing Street dan rasakan sendiri sensasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H