Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Uji Nyali Kuliner di Wangfujing, Beijing, China

4 Januari 2012   00:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:22 1817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_161043" align="aligncenter" width="442" caption="Sate kadal / foto oleh Aris Heru Utomo"][/caption]

Bagi kebanyakan orang, memakan jangkrik, kaki seribu, kalajengking, kumbang, laba-laba,bintang laut, ulat sutra atau kadal merupakan suatu kegiatan yang tidak pernah terbayangkan bahkan menjijikkan. Jika pun harus memakannya, sepertinya diperlukan nyali ekstra untuk mengatasi rasa takut dan jijik. Namun tidak demikian halnya dengan sebagian masyarakat China yang terbiasa memakan apapun, termasuk serangga dan reptil yang dimakan sebagai cemilan dengan penuh kenikmatan.

[caption id="attachment_161042" align="aligncenter" width="553" caption="Salah satu lorong di Wangfujing Street Beijing / foto oleh Aris Heru Utomo"]

13256395351022354384
13256395351022354384
[/caption]

Pemandangan tersebut saya saksikan langsung dii Wangfujing Street, sebuah kawasan wisata di Beijing, dimana para para pengunjung, khususnya orang-orang China, membeli dan memakan kumbang, kelabangatau kuda laut, yang ditusuk dengan sebatang bambu menyerupai sate. Dengan sangat asyiknya mereka memakan sate-sate unik tersebut seperti halnya memakan sate ayam. Tidak terdapat kesan takut atau jijik ketika menyantap makanan tersebut.

[caption id="attachment_153090" align="aligncenter" width="590" caption="Aneka kuliner serangga liar / foto oleh Aris Heru Utomo"]

13256364401171864327
13256364401171864327
[/caption]

Sementara itu, para pedagang makanan menjajakkan sate serangga, kalajengking, kadal dan lain-lain secara atraktif untuk menarik pengunjung yang ingin merasakan sensasi kuliner ekstrem. Berada di sebuah lorong sepanjang sekitar 700 meter, persis di sebelah barat jalan utama, para pedagang makanan dan minuman tersebut berjejer rapih menyediakan berbagai ragam makanan, mulai dari makanan yang umumnya ditemui di restoran seperti bebek panggang, sate burung dan keong hingga serangga dan kadal.

[caption id="attachment_153091" align="aligncenter" width="590" caption="Sate kuda laut / foto oleh Aris Heru Utomo"]

1325636586895966590
1325636586895966590
[/caption]

Para pedagang memajang aneka sate serangga, kalajengking, laba-laba dan reptil yang setiap tusuknya dijual antara 10-25 renminbi (sekitar 14 ribu- 35 ribu rupiah). Isi setiap tusuk sate bervariasi, tergantung hewannya. Jika hewan tersebut adalah jangkrik, kaki seribu atau kalajengking, maka setiap tusuknya bisa berisi 4-5 ekor, tetapi jika hewan tersebut adalah kuda laut maka setiap tusuknya hanya berisi satu ekor.

Jika melihat jumlah dan besar hewan yang dijual per tusuknya, kita mungkin merasa harga yang ditawarkan agak sedikit mahal. Tetapi untuk sebuah sensasi dan uji nyali kuliner unik, harga tersebut sepdang dengan keunikannya. Apalagi hewan-hewan yang sudah dihangatkan dengan cara dipanggang tersebut bisa langsung disantap tanpa ada tambahan bumbu apapun.

Meski bukan pertama kali melihat pedagang yang menjual makanan unik, namun ketika melihat hewan-hewan seperti serangga dan reptil dijajakkan sebgai makanan, kesan aneh dan jijik tidak bisa dihilangkan begitu saja. Bayangkan, hewan-hewan yang kehadirannya kerap diabaikan karena mengganggu dan menjijikkan, tiba-tiba muncul sebagai suatu santapan meski hanya berupa cemilan yang jika belum terbiasa, secara psikologis bisa memunculkan penolakan dari perut. Apalagi bau bakaran daging begitu menyengat saat berada di lorong tersebut.

[caption id="attachment_153093" align="aligncenter" width="590" caption="Sate Kalajengking dan kepompong ulat / foto oleh Aris Heru Utomo"]

1325636862455595848
1325636862455595848
[/caption]

Tapi seperti saya sebutkan di awal, masyarakat China sudah terbiasa dengan makanan tersebut sehingga tidak terkesan takut dan jjik saat memakannya. Ketika ditanyakan rasanya, banyak yang mengatakan mirip keripik kentang dan renyah. Selain rasa yang renyah, tidak sedikit yang yakin bahwa kelabang dan kumbang konon bisa dijadikan campuran obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit sepertirematik dan tetanus.

[caption id="attachment_153094" align="aligncenter" width="590" caption="Keong bumbu kari / foto oleh Aris Heru Utomo"]

1325636970781888023
1325636970781888023
[/caption]

Sebenarnya selain makanan unik dan ekstrem seperti serangga dan reptile yang dijajakan di Wangfujing Street ini, kita juga dapat menjumpai makanan lain yang tidak kalah uniknya seperti baso kulit sapi dan keong atau kerang bumbu merah mirip kari. Untuk baso kulit sapi, sebagian basonya dibuat dari campuran ikan, sehingga lebih tepat disebut baso ikan, namun disajikan dengan sayatan kulit sapi yang terlihat jelas teksturnya. Sementara keong atau kerang dimasak dengan sedikit santan dan campuran cabai merah halus dengan warna kemerahan yang muncul begitu kuat. Ketika dicicipi, kuahnya agak sedikit asam dan menyegarkan saat disajikan dalam kondisi hangat.

[caption id="attachment_153095" align="aligncenter" width="590" caption="Youghurt yang siap dihangatkan / foto oleh Aris Heru Utomo"]

1325637083157059482
1325637083157059482
[/caption]

Untuk minuman, selain minuman yang seperti minuman ringan dan bir, di Wangfujing Street kita juga bisa merasakan youghurt hangat yang sudah dikemas dalam gelas menyerupai guci arak. Harga per gelasnya 5 renminbi (sekitar 7000 rupiah). Cocok diminum di saat suhu udara -2 seperti saat sekarang ini.

Nach kalau suatu saat anda kebetulan atau sengaja jalan-jalan ke Beijing, jangan lewatkan kesempatan untuk menguji nyali anda dengan mencicipi kuliner unik dan ekstrem di Wangfujing Street dan rasakan sendiri sensasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun