Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Intelijen Mulai Bertawaf di Essence

4 Desember 2009   21:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:04 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_33575" align="alignleft" width="300" caption="Pak Prayitno Ramelan dan bukunya / foto dari FB Pak Pray"][/caption]

Cerita tentang dunia intelijen cenderung membetot perhatian banyak orang. Tengok saja film-film James Bond yang umumnya box office atau cerita mengenai organisasi intelijen Israel Mossad yang pernah menjadi best seller pada masanya.

Menyadari keingintahuan banyak orang tentang dunia intelijen, dengan cerdik Kang Pepih Nugraha, administrator Kompasiana, menyatukan tulisan-tulisan Pak Prayitno Ramelan yang berlatarbelakang intelijen di blog Kompasiana dalam sebuah buku dengan judul menggelitik “Intelijen Bertawaf: Teroris Malaysia dalam Kupasan”. Bagaimana tidak menggelitik, cerita tentang intelijen saja sudah merangsang keingintahuan, apalagi kemudian dibubuhi kata “tawaf” yang merupakan ritual umat muslim mengelilingi Kabah.

Resminya hari ini 5 Desember 2009 buku Intelijen Bertawaf akan diluncurkan di Apartemen  Essence, Jalan Darmawangsa XI. Namun belum lagi buku ini beredar, berbagai pertanyaan dan analisis sudah mengemuka dalam berbagai tulisan di blog, termasuk di Kompasiana. Mbak Inge Hanum misalnya mempertanyakan mengenai etika mengaitkan tawaf dengan terorisme. Mbak Inge juga mengutip pendapat seorang pendesain grafis yang menafsirkan pemilihan huruf tawaf berwarna merah darah sebagai imej yang menakutkan. Sehingga tercitrakan suatu tawaf yang berdarah-darah dan menakutkan.

Sah-sah saja dan tidak ada yang keliru jika Mbak Inge, yang menurut pengakuan beliau belum membaca buku ini, mempertanyakan dan menafsirkan judul buku Pak Pray seperti di atas. Bagi saya yang menarik justru adalah keberhasilan dan kepiawaian Kang Pepih  dalam memilih judul buku dari sekitar 30-an judul tulisan Pak Pray yang diterbitkan kali ini dan membuat calon pembacanya penasaran. Sama seperti halnya judul buku Pak Chappy Hakim “Cat Rambut Orang Yahudi” yang merupakan gabungan dari 2 buah tulisan Pak Chappy di Kompasiana, judul buku ini juga diambil dari beberapa tulisan Pak Pray di Kompasiana yaitu “Intelijen Bertawaf, Session 1 dan 2 (diunggah 10 dan 11 Agustus 2009) dan “Awas, Teroris Dilepas Di Malaysia (diunggah 26 September 2009).

Seperti diungkapkan sendiri oleh Pak Pray dalam kesempatan bincang-bincang di rumah beliau, sebetulnya ada sekitar 200 tulisan beliau di Kompasiana. Selain topik tentang intelijen, yang sesuai dengan latar belakangnya sebagai mantan Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi TNI AU, terdapat pula topik tentang partai politik yang telah dipilih untuk diterbitkan. Namun oleh penerbit Grasindo dipandang perlu untuk memisahkannya, agar perhatian lebih terfokus.

Kembali ke soal Intelijen bertawaf, apa hubungan antara tawaf dan Intelijen? Kenapa intelijen harus bertawaf?  Dalam tulisannya di Kompasiana tanggal 10 Agustus 2009, Pak Pray bilang begini, hakikat tawaf adalah “gerak.” yang teratur dan terstruktur, baik yang sudah menjadi ketentuan Tuhan, seperti gerak jagad raya, maupun yang masih bisa ditentukan oleh manusia sendiri. Dengan bertawaf, dunia intelijen bisa bergerak teratur dan terstrukutr dalam menjaga dan memberi rasa aman dan nyaman ke masyarakat. Untuk itu, intelijen bahkan harus lebih pro aktif bertawaf. Saat ini masalah yang menghantui sisi keamanan adalah teror bom, Fungsi intelijen, untuk menangkal beberapa ancaman, harus terfokus pada manajemen dan proses pengelolaan inteljien pada tiga isu kunci yaitu pertama, pola penggalangan; kedua, komando, kendali dan koordinasi dan ketiga, ketiga aplikasi teknologi.

Ditambahkan oleh Pak Pray bahwa bila Intelijen bertawaf (dalam arti memanfaatkan pola penggalan sistematis dan terstruktur) ketahanan moral dan mental bangsa Indonesia akan semakin kuat. Semua pihak akan menjadi “indra” sebagai komponen sistem pertahanan rakyat semesta. Dengan kondisi ideal ini, tidak akan ada lagi celah persembunyian bagi para teroris.

Dengan penjelasan gamblang seperti yang dikemukakan Pak Pray tersebut di atas, mungkin rasa penasaran terhadap buku Intelijen Bertawaf dapat dialihkan ke pertanyaan bagaimana intelijen akhirnya bertawaf dalam praktik yang sesungguhnya di masyarakat? Apakah ancaman rasa aman dan nyaman hanya berasal dari tindak terorisme ? Bukankah ketidak adilan hukum dan kisruh antar lembaga penegak hukum misalnya, juga menyebabkan hilangnya rasa aman dan nyaman di masyarakat? Bisakah hal-hal semacam itu membuat intelijen bertawaf?

Jawabannya mungkin bisa kita temukan (dan mungkin tidak) dalam acara peluncuran buku tersebut yang rencananya akan dihadiri banyak tokoh penting. Selain Mantan Kepala Badan Intelijen Negara A.M Hendropriyono dan Mantan KASAU Chappy Hakim yang hadir sebagai pembahas buku, rencananya akan hadir pula Menkopolhukam Marsekal (Purn) Djoko Suyanto, KSAU Marsekal Imam Sufaat, Kabareskrim Polri Ito Sumardi, Pimpinan KPK Bibit Samad Riyanto, mantan petinggi-petinggi TNI dan tentu saja para blogger Kompasiana. Terdengar kabar pula kalau beberapa menteri kemungkinan juga akan hadir sebagai teman Pak Pray.

Akan sangat menyenangkan melihat para tokoh nasional bertawaf di Essence dan mendengarkan suara merdu Yuni Shara. Saya sendiri merasa senang bisa bantu-bantu Pak Pray sebagai Ketua tidak resmi dalam perhelatan ini dan berharap acara Sabtu ini berjalan lancar. Harapan lebih lanjut tentu saja, selain buku Intelijen Bertawaf laris di pasaran, para blogger Kompasiana juga bisa tertular semangat  Pak Pray dalam menulis yang baik dan benar serta bermanfaat bagi banyak orang.  Siapa tahu ada penerbit yang melirik tulisan-tulisan kita, sehingga bisa menerbitkan buku seperti Pak Pray.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun