Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Indonesia Jajaki Impor Sapi Mongolia

19 Maret 2014   20:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395208863420305668

[caption id="attachment_299703" align="aligncenter" width="511" caption="Kuda di pdang rumput yang sebagian masih bersalju/foto Aris Heru Utomo"][/caption]

Mongolia adalah sebuah negara landlocked (negara tanpa pantai) di Asia Tengah yang diapit Rusia di sebelah utara dan China di sebelah selatan, timur dan barat, dengan ibu kota di Ulaanbaatar.

Berpenduduk sekitar 2,8 juta jiwa, kegiatan perekonomian Mongolia secara tradisional didasarkan pada sektor pertanian dan peternakan. Di sektor peternakan sendiri, menurut perkiraan seorang pejabat pertanian Mongolia, setidaknya sekitar 41 juta ternak, hampir 20 kali lipat dari jumlah penduduk

Melihat potensi peternakan Mongolia yang sedemikian besar, banyak negara yang kemudian ingin bekerja sama dengan Mongolia untuk bisa memenuhi kebutuhan supply ternak di dalam negerinya, salah satunya adalah Indonesia. Ketika Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke Mongolia pada tahun 2012, keinginan untuk melakukan kerja sama bilateral di bidang pertanian dan peternakan sudah disampaikan, bahkan telah dilakukan penandatanganan MOU antara kedua negara.

Keinginan tersebut diulangi kembali saat Menteri Pertanian RI Suswono berkunjung ke Ulaanbaatar untuk menghadiri Konperensi ke-32 Food and Agricultural Organization (FAO) se Asia dan Pasifik pada tanggal 13 Maret 2014. Kepada Menteri Perindustrian dan Pertanian Mongolia, K. Bhatullga, Menteri Suswono menawarkan kesediaan Indonesia untuk mengimpor sapi dari Mongolia sejauh sudah tidak ada lagi masalah dengan penyakit kuku dan mulut. Sebaliknya Indonesia juga menawarkan ekspor kelapa sawit dan buah tropis ke Mongolia.

Untuk itu, dalam rangka melihat potensi peternakan yang dimiliki Mongolia, di sela-sela pelaksanaan Konperensi ke-32 FAO di Ulaanbaatar, pihak pemerintah Mongolia mengatur kunjungan ke lokasi peternakan keluarga (family farming) di Tsonjin Boldog. Kunjungan bukan hanya dikhususkan untuk delegasi Indonesia saja, tetapi juga semua anggota delegasi dari 41 negara anggota FAO yang mengikuti konperensi. Saya pun tidak menyia-nyiakan acara kunjungan tersebut dan langsung ikut mendaftar bersama dengan anggota delegasi lainnya.

Berjarak hampir 100 km dari Ulaanbaatar, lokasi peternakan Tsojin Boldog kami tempuh hampir sekitar 2 jam karena jalanan di atas padang rumput yang dilewati tidak beraspal dan sebagian besar tertutup lapisan salju hingga menghambat laju bus yang kami tumpangi.

Musim dingin yang panjang membuat kawasan padang rumput yang di musim panas terlihat hijau, maka di musim dingin justru menjadi putih karena tertutup lapisan salju.  Tidak mengherankan jika sepanjang mata memandang yang tampak adalah hamparan padang luas, pegunungan dan perbukitan yang diselimuti salju.

Menjelang memasuki lokasi peternakan, 2 orang penunggang kuda berbadan tegap dengan berpakaian prajurit tentara Kekaisaran Mongol dan pedang di pinggang serta bendera di tangan kanan menyambut kedatangan kami dan kemudian memacu kudanya disamping bus, kadang kuda dipacu cepat seperti hendak berperang.

Melihat kedua penunggang kuda memacu tunggangannya dengan seragam tentara, pikiran saya pun seolah berputar kembali ke abad ke-13 dan sesudahnya, masa dimana Kekaisaran Mongol yang didirikan dan dipimpin Chinggis Khan dan anak cucunya, salah satunya Kubilai Khan, memperluas hegemoninya ke hampir seluruh kawasan Asia hingga Eropa. Bahkan China yang saat ini merupakan salah satu raksasa dunia, pada masa itu berada di bawah kekuasaan tentara kekaisaran Mongol. Ya pada masa itu tentara Mongol, khususnya pasukan berkudanya, memang sangat ditakuti oleh suku-suku di kawasan.

Jika di masa lalu para penunggang kuda dengan pakaian perang dan mengacungkan pedang adalah para tentara sungguhan, maka kedua penunggang yang berpakaian ala tentara Mongol yang menyambut kami sejatinya adalah para petani atau peternak yang tinggal di kawasan tersebut. Para peternak tersebut tinggal di padang rumput yang luas, jauh dari segala fasilitas kehidupan masyarakat modern. Mereka hidup dalam suatu komunitas kecil yang terdiri dari beberapa keluarga dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain (nomaden).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun