Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

China Jadikan Penurunan Bendera di Tiananmen sebagai Objek Wisata

4 Januari 2013   01:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:33 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1357262108191171797

[caption id="attachment_218242" align="aligncenter" width="617" caption="Bersiap mengambil posisi sebelum menurunkan bendera / foto oleh Aris Heru Utomo"][/caption]

Di tengah cuaca musim dingin dengan suhu minus 10 derajat Celcius di awal Januari 2013, ribuan wisatawan Cina dan manca negara berkerumun di sekitar pagar pembatas di lapangan Tiananmen (Tiananmen Square), sementara sebagian lainnya berkumpul di seberang jalan Chang An, persis di sisi kanan dan kiri Tiananmen Gate (Gate of Heavenly Peace). Dengan penuh antusias para wisatawan berkumpul untuk menyaksikan upacara penurunan bendera di lapangan Tiananmen yang dilakukan setiap jam 5 sore oleh regu penurun bendera dari kesatuan polisi para militer Cina. Mereka tampaknya tidak sabar untuk segera menyaksikan jalannya upacara yang hanya berlangsung tidak lebih dari 10 menit. Upacara penurunan bendera diawali dengan keluarnya regu penurun bendera yang berjumlah sekitar 40 personil dari gerbang Tiananmen Gate. Berseragam hijau dengan mantel musim dingin yang tebal dan senapan serta sangkur terhunus dipanggul vertikal, regu penurun bendera melangkah tegap menyeberangi jalan Chang An menuju lapangan Tiananmen, yang sore itu lalu lintasnya sengaja ditutup selama berlangsungnya upacara. Mendekati tiang bendera, dua orang personil langsung menuju 'panggung' tempat mengerek dan menurunkan bendera. Sementara anggota regu penurun bendera lainnya berputar mengeliling tiang bendera untuk mengambil posisi tegap menghadap arah Tiananmen Gate dimana tergantung foto raksasa bapak pendiri RRC, Mao Zedong. Setelah semua personil berada pada posisi masing-masing, dua orang personil anggota regu penurun bendera yang berada di panggung secara perlahan mulai menurukan bendera Cina berwarna merah dengan 5 bintang berwarna kuning di ujungnya. Usai dilipat, bendera segera dibawa menuju Tiananmen Gate untuk dikibarkan kembali esok harinya. Upacara penurunan bendera berlangsung singkat tanpa atraksi apapun, selain pemandangan baris berbaris dari polisi para militer Cina. Hal tersebut sebenarnya merupakan hal yang lazim karena upacara penaikan dan penurunan bendera yang dilakukan merupakan kegiatan rutin polisi para militer Cina yang bermarkas di Tiananmen. Namun demikian, upacara tersebut cukup menarik minat dan perhatian para wisatawan karena dilakukan di lapangan Tiananmen, suatu lapangan luas di pusat kota Beijing yang terkenal ke seluruh dunia karena aksi demonstrasi tahun 1989, dan dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang terbuka untuk umum. Usai upacara penurunan bendera, polisi para militer lainnya yang tidak bertugas sebagai anggota penurun bendera dan hanya berdiam diri serta hanya berjaga-jaga di kawasan lapangan Tiananmen segera meminta para wisatawan yang berada di kawasan tersebut untuk segera mengosongkan lapangan karena kawasan lapangan akan segera ditutup bagi umum. Dengan penuh keramahan mereka meminta para wisatawan mengakhiri kegiatan memotret dan mengarahkan mereka ke pintu keluar. Para wisatawan dengan tertib meninggalkan lapangan Tiananmen. Terlihat wajah-wajah ceriah dari para wisatawan usai menyaksikan upacara penurunan bendera Cina. Meski upacara tersebut sebenarnya dilakukan setiap sore, namun bagi para wisatawan yang datang jauh-jauh dari luar Beijing, kesempatan melihat langsung upacara penurunan bendera di lapangan Tiananmen tidak bisa dilakukan setiap saat. Karenanya tidak mengherankan jika kemudian para wisatawan menjadikan acara penurunan bendera sebagai salah satu tujuan wisata yang patut dilihat. Tidak lengkap rasanya jika sudah berkunjung ke berbagai obyek wisata utama di Beijing seperti Great Wall, Summer Palace, Lapangan Tiananmen dan Forbidden City, namun belum melihat upacara penurunan bendera. Karena itu disarankan, jika berwisata ke Beijing, usahakan berkunjung ke Forbidden City, obyek wisata yang paling dekat ke lapangan Tiananmen, setelah makan siang dan diakhiri dengan kunjungan ke lapangan Tiananmen pada sekitar jam 4-an sore dengan hanya berjalan kaki. Ada sedikit kejadian menarik saat kami akan meninggalkan lapangan Tiananmen dimana dua orang personil polisi para militer Cina mendekati dan mengenali kami sebagai orang Indonesia. Dengan ramah dan menggunakan sedikit bahasa Inggris kedua polisi tersebut menegur dan menanyakan apakah kami dari Indonesia. 'Iya, kami dari Indonesia dan bagaimana kamu tahu kalau kami dari Indonesia' 'Istri kamu pakai kerudung, muslim, dan sedikit-sedikit saya mengenali kata-kata yang kamu pergunakan saat berbicara. Saya tahu karena saya pernah ikut jaga waktu presiden Indonesia bertemu presiden kami', jawab polisi tersebut, kali ini dalam bahasa Mandarin yang diterjemahkan anak saya. 'O gitu, wah senang sekali bisa ketemu kalian. Kalau begitu, boleh kita berfoto bersama?' 'Maaf, kami dilarang untuk berfoto dengan pengunjung. Tapi kalau kamu mau berfoto dengan kami, ambil saja gambarnya sambil jalan, seolah-olah gak sengaja', saran mereka 'Ok, ide yang menarik', jawab saya dan segera menyuruh anak saya memotret kami sedang berbincang-bincang sambil berjalan menuju pintu keluar lapangan Tiananmen. Setelah berada di luar kawasan lapangan Tiananmen, sambil berjalan, istri saya berkomentar 'Sebenarnya upacara penurunan bendera setiap tanggal 17 yang pernah dilakukan di depan Istana Negara Indonesia juga tidak kalah menariknya. Upacara penurunan bendera tersebut bisa juga dijadikan obyek wisata. Para wisatawan yang berkunjung ke Monas pada tanggal 17, bisa sekalian mampir ke depan istana untuk melihat upacara penurunan bendera. Sayangnya, upacara tersebut sepertinya sudah tidak pernah dilaksanakan lagi' 'Ehm ...sepertinya sekarang sudah tidak ada lagi upacara penurunan bendera setiap tanggal 17. Kalau upacara tersebut bisa dilaksanakan kembali dan dikemas dengan baik, pasti sangat menarik dan bisa menjadi obyek wisata. Tapi jika pas ada demo, saya tidak yakin upacara penurunan bendera akan berjalan khidmat dan tidak akan ada gangguan dari demonstran', jawab saya sambil menggigil kedinginan karena suhu semakin malam rupanya semakin minus. 'iya ya ... sayang banget', ujar istri saya menutup pembicaraan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun