[caption id="attachment_107813" align="aligncenter" width="640" caption="Foto oleh AHU"][/caption]
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bisnis ASEAN-Uni Eropa yang pertama (the 1st ASEAN-EU Business Summit) telah berlangsung di Jakarta pada Kamis, 5 Mei 2011. Bertindak sebagai tuan rumah adalah Kementerian Perdagangan RI dan Delegasi (Kedutaan) UE di Jakarta didukung antara lain oleh KADIN Indonesia dan Eurochambers.
Pertemuan secara resmi dibuka oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan dihadiri sekitar 100 pebisnis UE dan 300 pebisnis ASEAN.Hadir pula sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dibawah Menteri Koordinator Perekonomian, para menteri perdagangan negara anggota ASEAN, Sekretaris Jenderal ASEAN, Komisioner Perdagangan UE dan perwakilan pemerintah negara anggota ASEAN dan UE serta pejabat Komisi Eropa.
Dalam sambutan pembukaannya, Presiden SBY menggarisbawahi pentingnya UE sebagai mitra kerjasama ASEAN yang telah berlangsung selama lebih dari 3 dasawarsa. UE merupakan mitra dagang terbesar kedua ASEAN dan investor terbesar di ASEAN, sementara ASEAN sendiri merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi UE. Dengan potensi ekonomi masing-masing, ASEAN dan UE dapat memainkan peranan dalam pengambilan kebijakan di berbagai forum kerjasama ekonomi dunia seperti dalam kerangka G-20 dan WTO, khususnya menyangkut isu-isu yang menjadi perhatian bersama. Untuk itu Presiden SBY menilai bahwa sekarang lah saat yang tepat untuk lebih meningkatkan kemitran regional ASEAN-UE di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi.
Sementara itu mewakili pihak UE, Komisioner Perdagangan UE Karel de Gucht dalam kesempatan menyampaikan sambutannya sebelum pidato pembukaan oleh Presiden SBY,menyatakan kegembiraannya atas terselenggaranya KTT Bisnis ASEAN-UE yang pertama di Jakarta. Hal ini memperlihatkan tingginya semangat para pebisnis di kedua kawasan untuk meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi melalui business-to-business (b-to-b) contact. Diharapkan melalui b-to-be contack akan terjalin dialog dan interaksi antara pebisnis di kedua kawasan dan membuka peluang hubungan kerjasama yang lebih luas lagi.
Untuk melancarkan jalannya pertemuan, program acara dibagi dalam 3 sesi pertemuan dalam bentuk pleno dan sektoral dengan mengedepankan dialog antara pebisnis dengan pebisnis dan antara pebisnis dengan para menteri perdagangan ASEAN dan Komisioner Perdagangan UE.
Pada pertemuan pleno bertindak sebagai panelis antara lain adalah Duta Besar UE Julian Wilson, Kepala BKPM Gita Wiryawan, Ketua KADIN Indonesia Suryo Bambang Sulistyo, KetuaKadin Kuala Lumpur Dato Sri Syed Amin Al Jefri, danCEO asosiasi otomotif UE Lars Holmqvist, dengan moderator Deputi Sekjen ASEAN bidang ekonomi Sundram Pushpanathan dan Kepala Divisi Asia Tenggara Komisi Eropa Seamus Gilespie. Pada pertemuan ini dikemukakan sejumlah peluang kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi di berbagai bidang. Disinggung pula mengenai hambatan-hambatan yang kerap dihadapi para pebisnis kecil dan menengah (UKM) ASEAN dalam menembus pasar UE. Untuk itu diharapkan UE dapat memberikan bantuan teknis, terutama yang terkait dengan masalah standarisasi yang memungkinkan produk-produk UKM untuk memasuki pasar UE.
Sementara itu dalam pembahasan isu-isu sektoral, pertemuan dibagi dalam lima kelompok sesuai sektor yang dibahas yaitu agrifood, otomotif, jasa, perawatan kesehatan dan infrastruktur. Sejumlah pebisnis tampil dalam sesi sesuai dengan sektornya masing-masing. Dari Indonesia tampak bertindak sebagai panelis antara lain adalah Fransiscus Welirang dari Indofood (sektor agrifood) dan Putri Sudibyo dari Mustika Ratu (sektor perawatan kesehatan). Sejumlah rekomendasi pun dihasilkan dari pertemuan sektoral ini, untuk kemudian disampaikan kepada para Menteri Perdagangan ASEAN dan Komisioner Perdagangan UE pada saat sesi dialog antara pebisnis dan pejabat pemerintah.
Beberapa rekomendasi yang lahir dari pertemuan sektoral ini antara lain adalah perlunya membuat roadmap agriculture yang memuat berbagai kebijakan yang dapat menjawab berbagai tantangan yang dihadapi oleh sektor agrifood, misalnya kebijakan yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan petani ataupun langkah-langkah menghadapi perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pertanian.Selain itu dipandang perlu untuk lebih memasarkan produk-produk ASEAN ke UE guna meningkatkan branding dan labeling secara global.
Di sektor otomotif, para pebisnis merekomendasikan mengenai perlunya penghapusan hambatan tarif dan non-tarifdan adanya saling pengakuan dari kedua belah pihak. Di bidang jasa terdapat 4 bidang yang dapat dijadikan prioritas yaitu perbankan, jasa penerbangan, wisata dan maritime. Untuk meningkatkan kerjasama di keempat bidang tersebut diperlukan sikap saling memahami dan komunikasi intens antara pebisnis dan pemerintah di masing-masing negara anggota ASEAN dan UE.
Di sektor infrastruktur, selain pembangunan konektivitas darat, direkomendasikan untuk meningkatkan pembangunan konektivitas kelautan di ASEAN dimana UE diharapkan dapat mendukung investasi transportasi laut dan mendukung kegiatan dunia usaha di bidang kelautan. Sementara di sektor pelayanan kesehatan, peserta pertemuan merekomendasikan penghapusan hambatan tarif dan non-tarif, adanya transparansi dasn harmonisasi pasar serta mengusulkan pembentukan ASEAN-EU Business Council.
Menanggapi rekomendasi yang disampaikan para peserta pertemuan, Menteri Perdagangan RI Marie Pangestu, mewakili menteri-menteri perdagangan ASEAN lainnya,menyampaikan ucapan terima kasih atas rekomendasi yang disampaikan dan berjanji akan membahas semua rekomendasi yang masuk dalam pertemuan dengan para menteri perdagangan kedua kawasan. Diharapkan nantinya akan dihasilkan suatu kesepakatan yang memuat rencana kegiatan yang jelas dan dapat tercapai serta terukur. Namun demikian, dari sejumlah rekomendasi tersebut, diharapkan para pebisnis dapat mulai merealisasikan beberapa kegiatan di berbagai sektor dan tidak selalu menunggu inisiatif yang datang dari pemerintah.
Secara keseluruhan KTT Bisnis ASEAN-UE ini telah menghasilkan pemahaman bersama mengenai perlunya peningkatan hubungan kerjasama melalui B-to-B Contact dan P-to-P contact. Dan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011, telah berhasil melakukan terobosan dalam mendorong para pebisnis untuk meningkatkan jejaring kerjasama dan bertemu langsung dengan mitra kerjanya guna mencari berbagai peluang kerjasama yang mungkin dapat dilakukan.
Namun demikian, terdapat satu hal yang kiranya patut digarisbawahidan layak mendapatkan perhatian bersama yaitu masalah kesinambungan penyelenggaraan ASEAN-EU Business Summit di masa mendatang. Masalah ini kembali mencuat ketika Menteri Perdaganan Kamboja mempertanyakan masa depan pelaksanaan ASEAN-EU Business Summit di tahun 2012, saat negerinya menjabat sebagai Ketua ASEAN.Hal ini disampaikan mengingat keterbatasan negaranya dalam melaksanakan event-event besar. Dan bukan rahasia lagi jika selama ini negara-negara CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam) selalu mendapat bantuan dari negara-negara yang lebih maju.
Menanggapi hal ini, Menteri Marie Pangestu menyatakan opimismenya bahwa KTT Bisnis ASEAN-UE berikutnya akan tetap berlangsung dan akan didukung oleh seluruh negara anggota ASEAN dan UE, baik kalangan pemerintah maupun pebisnis. Karena bagaimanapun kegiatan ini penting untuk membangun jejaring kemitraan antara pebisnis dan mendorong dialog b-to-b di kedua kawasan.
NB: Mohon maaf jika kualitas fotonya tidak memadai karena diambil dari posisi duduk ditengah pertemuan. Tidak enak sama Pak SBY jika foto sambil berdiri :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H