Hujan lebat sepanjang hari menjelang dan saat tahun baru Cina atau Imlek menyebabkan beberapa daerah di kawasan pantai timur Sabah dilanda banjir.
Salah satu kawasan yang terlanda banjir adalah Kampung Paris Satu dan Kampung Paris Tiga. Banjir yang melanda kawasan ini telah merendam seluruh rumah yang ada dan kawasan perkebunan sawit serta merobohkan beberapa rumah kayu.
Banyak warga yang rumahnya kebanjiran bergotong-royong pasukan pemadam kebakaran atau bomba dan sesama warga memindahkan barang-barangnya ke lantai dua atau ke tempat penampungan sementara yang disiapkan pemerintah setempat atau ke rumah saudara yang aman dari banjir. Menurut portal Pusat Komando Bencana Nasional (NDCC), sekitar 3.929 orang di Sabah telah dievakuasi ke pusat-pusat bantuan.
Sedangkan untuk kendaraan, warga memindahkannya ke sepanjang tepian jalan raya. Tidak mengherankan bila di sepanjang tepian jalan tampak aneka kendaraan terparkir.
Bukan hanya kawasan tempat tinggal dan perkebunan sawit yang terendam air, jalan raya nasional yang menghubungkan Kinabatangan -- Lahad Datu juga terendam air dengan arus yang cukup deras. Akibatnya kendaraan sedan dan kendaraan kecil lainnya tidak dapat melintasi jalan raya tersebut.
Kendaraan besar yang bisa melintasi jalan raya tersebut pun mesti bergantian melintas karena derasnya arus banjir. Akibatnya terjadi antrian panjang kendaraan yang akan melintas, baik yang mengarah ke Lahad Datu ataupun Kinabatangan.
Pasukan bomba dan warga masyarakat dengan sukarela bergotong-royong ikut membantu mengarahkan kendaraan yang melintasi terjangan banjir agar tidak terperosok atau terseret arus. Beberapa bahkan terlihat ikut mendorong kendaraan yang mogok.
Selain itu, mereka juga ikut mengingatkan pengendara yang melintasi daerah banjir agar lebih berhati-hati dan tidak memaksakan diri untuk melintasi jalanan yang banjir.
Menariknya, di tengah antrian panjang kendaraan untuk mendapat giliran melintasi jalanan yang banjir, terlihat beberapa anak muda membagi-bagikan botol minuman mineral ataupun kopi kepada setiap penumpang di kendaraan yang sedang mengantri.
Saat pertama kali melihat mereka membagikan botol minuman dari kejauhan, penulis telah suuzon mengira mereka sebagai pedagang asongan yang kerap memanfaatkan kemacetan lalu lintas untuk menawarkan dagangannya atau orang-orang yang memintakan sumbangan untuk korban banjir.