Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pemimpin tidak boleh Menafikkan Ketaatan kepada Allah SWT

12 Juli 2024   19:05 Diperbarui: 12 Juli 2024   19:15 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumatan di Tawau, Sabah, Malaysia, sumber gambar: Dokpri Aris Heru Utomo

Jumat, 12 Juli 2024 menjadi Jumat pertama saya di Tawau, Sabah, Malaysia. Hari ini saya melaksanakan sholat Jumat di Masjid Al-Kauthar, sebuah Masjid Besar di Tawau.  Letaknya bersebelahan dengan kawasan pesisir laut.

Kata Paman Google.  Masjid Al-Kauthar dibangun dengan biaya sebesar RM 31,5 juta dan diresmikan oleh Yang di-Pertuan Agong ketika itu yakni Tuanku Syed Sirajuddin Tuanku Syed Putra Jamalullail pada 13 Agustus 2004.

Pada sholat Jumat kali ini, bertindak sebagai Kharib dan Imam adalah Al Fadhil Ustad Syarifudin Sabri. Khatib menyampaikan khotbah berjudul akidah lebih mahal dari gelar.

Jujur, saya agak bingung menafsirkan tema khotbah "akidah lebih mahal dari gelar". Karena dalam khotbahnya, Ustad Sabri menguraikan mengenai ancaman yang muncul terhadap Islam dan bila tidak dicermati dengan baik dapat memunculkan salah pengertian.

Menurut Khotib, Islam adalah agama yang memiliki ajaran yang lengkap tentang iman, syariat dan akhlak. Namun dalam perkembangannya, Islam dihadapkan pada ideologi-ideologi yang ada pada saat ini. Khotib menyebutkan ideologi tersebut adalah nasionalisme, sekularisme, liberalisme dan kapitalisme yang menurutnya tidak sejalan dengan ajaran Islam.

Sekularisme menolak paham keagamaan dalam kehidupan manusia. Liberalisme mengajarkan kebebasan dalam beragama. Pluralisme mengajarkan keberagaman agama dan sebagainya.

Karena itu Khotib mengingatkan agar umat Muslim berhati-hati dalam memahami suatu ideologi agar jangan sampai keliru. Muslim hendaknya merujuk pada Al Quran dalam memecahkan suatu permasalahan dan tidak boleh siapa pun menafsirkannya dengan bebas. Umat Muslim mesti mendengarkan apa yang dikatakan para ulama. Di Sabah misalnya, umat Muslim dapat mendengarkan apa yang disampaikan Majelis Ulama Sabah.

Di akhir khotbahnya, Khotib mengingatkan agar seorang pemimpin tidak menafikkan ketaatan kepada Allah SWT. Karena musuh-musuh Islam ingin menguburkan ajaran Islam dan memunculkan individu-individu yang sesat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun