humor ala bapak-bapak (kerap pula ditulis "bapack-bapack') yang biasanya disebut 'dad jokes'.
Pada Minggu (09/06/2024) pukul 07.52 saya memposting sebuah video pendek di akun Tiktok saya. Video tersebut menampilkan saya dan teman-teman sedang trekking di jalur pendakian menuju Pondok Pemburu di Cisadon, Bogor, dengan menyertakan narasi berupa beberapaSalah satu narasi jokes yang disertakan dalam video tersebut adalah sebagai berikut "Bapak tahu gak kalau alpukat itu punya dua adik, adik pertamanya namanya elpukat, adik keduanya namanya dulpukat".
Tanpa diduga, hingga Senin pukul 00.30 atau hanya sekitar 16 jam, postingan tersebut sudah dilihat warganet sebanyak 7.853 views dan disukai 1.148 viewers. Bagi pesohor di dunia maya, jumlah views sebanyak itu hanyalah recehan atau remahan roti yang tidak berarti. Namun bagi saya, jumlah tersebut merupakan kejutan yang menyenangkan karena biasanya views dan viewers postingan saya hanya ratusan.
Dari komentar yang masuk, diketahui bahwa warganet menyukai postingan saya karena adanya humor atau jokes receh bapak-bapak dalam postingan tersebut.
Sebenarnya, kalau dipikir-pikir humor khas bapak-bapak yang saya sertakan tersebut kurang lucu atau bahkan nggak lucu sama sekali. Namun, saya menduga postingan tersebut menjadi menarik perhatian warganet karena melihat sosok bapak-bapak yang dengan santainya melontarkan humor sambil mendaki. Entah kenapa justru menjadi lucu dan disukai.
Bisa jadi karena selama ini warganet kerap melihat sosok seorang bapak yang memiliki kesan galak, garang, dan juga serius di dunia nyata. Sehingga, saat sosok seorang bapak melontarkan humor justru menjadi sangat lucu, meski 'garing' atau remeh-temeh.
Selain itu, warganet menyenangi konten receh karena tidak perlu dicerna otak dengan jelimet. Hal lainnya memperlihatkan bahwa sebenarnya warganet adalah warga yang mudah bahagia dengan selera humornya masing-masing. Selera humor yang pada dasarnya terbentuk oleh sejumlah faktor seperti pendidikan, kecerdasan, dan lingkungan pergaulan yang amat majemuk.
Oleh karena itu, menjadikan konten receh sekadar sebagai sebuah hiburan, bukanlah suatu masalah. Selama tidak berlebihan, konten receh dan tidak memunculkan gangguan psikologis, apalagi sampai mengganggu relasi interpersonal.
Akhirnya, seperti kata Warkop DKI 'Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang', tertawalah sebelum humor bapak-bapak dianggap membahayakan beberapa pihak. (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H