Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komunikasi Lempar Batu Sembunyi Tangan

28 Mei 2024   09:50 Diperbarui: 11 Juni 2024   07:14 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karikatur GM Siddharta soal lempar batu sembunyi tangan, sumber gambar: Kompas.com

Judul tulisan di atas terinspirasi dari komunikasi yang dilakukan di WAG. Seringkali seorang anggota group mengirim pesan atau melempar suatu topik atau permasalahan ke group, baik berupa teks ataupun foto, tapi tanpa penjelasan apapun dari si pengirim. Biasanya yang dikirimkan adalah pesan copy paste (copas), link suatu berita atau foto yang diterima dari group lainnya yang diikuti si pengirim.

Ketika pesan, topik atau berita yang dilempar ke WAG tersebut dibahas dan diperbincangkan oleh anggota group, bahkan kerap hingga terjadi perdebatan panas, si pengirim berita justru tidak ikut masuk ke pembahasan alias tidak menanggapi sama sekali.  

Bahkan saat ada anggota WAG yang mengajukan pertanyaan sederhana pun seperti "siapa penulis berita yang anda kirim," si pengirim berita tersebut tidak menjawab sama sekali. Diam-diam yang bersangkutan malah melipir dan menghilang dari perbincangan.

Nah itulah yang disebut dengan istilah Lempar batu sembunyi tangan, sebuah peribahasa yang biasa digunakan untuk menggambarkan orang yang tidak bertanggung jawab dan menuduh orang lain atas kesalahannya. Adapun arti lempar batu sembunyi tangan pun adalah orang yang melakukan kesalahan tetapi pura-pura tidak mengetahuinya.

Penulis terus terang sering sebal dengan anggota WAG yang seperti ini, bisanya cuma copas, apalagi berita yang dicopas dan dishare terkategori spam.

Layaknya hidup bermasyarakat, kita semestinya selalu mengedepankan etika ketika berkomunikasi di WAG. Dalam berkomunikasi di WAG, bagaimanapun diperlukan rasa hormat, kejujuran, dan penuh pertimbangan.

Ingat, sebuah WAG diisi oleh berbagai orang dengan latar belakang usia, jenis kelamin, sifat, dan pekerjaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dengan menghormati orang-orang di grup WA, maka sama saja dengan menghormati diri sendiri dan mencegah orang lain menganggap kita sebagai pengganggu.

Nah agar kita tidak dianggap sebagai anggota WAG yang kerap lempar batu sembunyi tangan alias pengganggu, maka kiranya perlu memahami dan mematuhi etika sederhana dalam berkomunikasi, seperti:

Pertama, kirimkan pesan yang berguna dan jangan tergoda untuk membagikan hal-hal yang kamu sukai saja di grup WA. Kalau memang benar-benar merasa perlu untuk membagikannya, maka cukup kirim lewat japri ke 1-2 orang yang benar-benar dikenal, tanpa menggunakan jalur WAG. Karena bagaimanapun pesan yang dikirim ke grup harus ditujukan untuk kepentingan bersama -bukan pribadi.

Kedua, perhatikan waktu mengirim berita. Ingat, meski anggota di WAG adalah teman-teman semasa sekolah dulu, bukan bisa nge-chat mereka di WAG seenaknya. Bagaimanam pun, mereka punya aktivitas masing-masing.

Ketiga, sebelum mengirim pesan, ingatlah akan tujuan mengirimkan pesan tersebut. Sesuaikan pesan yang dikirimkan dengan tujuan dibuatnya WAG. Karena tidak semua orang suka di-spam oleh pesan yang tidak terkait dengan mereka. Ketika pesan terkirim, jangan kemudian keluar dari topik bahasan ketika berbicara di WAG. Ingatlah bahwa  WAG bukanlah akun media sosial pribadi, seperti Instagram atau Twitter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun