Karena terpukau, si lelaki sampai terguncang saat menyebut nama si perempuan yang dicintai meski mengetahui bahwa si perempuan bukan untuknya. Tapi seperti perkataan "cinta itu buta", maka si lelaki pun tidak peduli, sebab menurutnya cinta bukan mesti bersatu. Ia pun pada akhirnya cukup bahagia bila dapat mencumbui bayangan sang perempuan yang dicintainya dan menyandarkan harapannya.
Akhirnya, berbeda dengan Shakespeare dan Ebiet yang mengaitkan "nama" pada sosok seorang manusia pada umumnya, maka teks Prof. Sabri tentang "nama" justru mengaitkannya dengan sosok manusia istimewa, Rasullulah Muhammad SAW.
Menurut Prof. Sabri dalam lanjutan tulisannya "Nabi saw. acapkali merapalkan sejumlah namanya selain Muhammad, yakni Ahmad (berakar dari kata hamd---"yang  paling dipuji"); al-Mh, "orang yang melaluinya Allah menghapuskan (mahw) kekafiran"; dan al-hsyir, "orang yang di kakinya umat manusia berhimpun di Hari Kiamat".
Ia pun kemudian menambahkan di bagian lain "Muhammad adalah KUN, benih segala "realitas" (kawn-"alam"). Dan secara eksotik Al Quran meneguhkan posisi ontologis Muhammad dalam narasi agung: wa m arsalnka illa rahmatan li al-'lamn: "Dan tidaklah Kami utus engkau (Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh realitas/semesta".
"Muhammad  menjadi 'simpul cinta' seluruh keperiadaan, karena dia adalah KUN, dan segenap realitas-alam (kawn)  adalah FAYAKUN".
Dari perbincangan tentang nama di atas, maka salah satu hal yang dapat digarisbawahi adalah nama seseorang bukan sekadar nama biasa. Bahkan dalam syariat Islam tidak mengenal istilah "Apalah arti sebuah nama?". Sebab nama yang disematkan kepada kita kelak akan menjadi panggilan di akhirat juga.
Oleh karena itu, dalam Islam tidaklah dianjurkan bagi seorang Muslim untuk memberikan nama-nama yang buruk kepada keturunannya. Seperti sabda Rasullullah SAW: "Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian" (HR. Abu Dawud & Al-Baihaqi. Sebagian ulama menilai sanadnya munqathi', Sebagian menilai sanadnya jayyid). (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H