Suatu hari sahabat saya Prof. Mohammad Sabri mengirimkan tulisannya yang berjudul "Paracletos, Ahmad, Muhammad, dan Kun" di Whatsapp group pimpinan kantor. Pada paragraf awal, ia menulis:
"Sebilah "nama" hadir tak sekadar jejak, tapi juga perihal tentang cinta. Jejak, karena nama adalah identifikasi istimewa sesuatu atau seseorang. Cinta, sebab nama memiliki makna eksotis, misteri, dan juga magis. Itu sebabnya Allah swt. "mengajari Adam nama-nama segala perihal" (Qs.Al-Baqarah/2:30) untuk mengetahui status ontologi atau hakikat segala realitas. Karena alasan yang sama, seorang kekasih enggan mengungkap nama kekasihnya, karena dia tidak berkenan orang lain menyingkap rahasia-rahasia cintanya."
Membaca paragraf ini, tiba-tiba ingatan saya melayang pada William Shakespearae yang menyatakan  "What's in a name? That's which we call rose by any other name would smell as sweet (Apalah arti sebuah nama? Toh dinamakan apapun, harumnya mawar tetap akan wangi tercium)."
Dari Shakespeare, ingatan saya melayang ke Ebiet G Ade yang pada 1979 lewat album Camelia I menembangkan sebuah lagu berjudul "Lagu untuk Sebuah Nama". Dalam lagunya ini Ebiet menyebut kata "nama" pada stanza ketiga sebagai berikut:
Mengapa dadaku mesti berguncang
Bila kusebutkan namamu?
Sedang kau diciptakan bukanlah untukku, itu pasti
Tapi aku tak mau peduli
Sebab cinta bukan mesti bersatu
Biar kucumbui bayangmu
Dan kusandarkan harapanku
Setelah merenung sejenak, sepertinya bukan tanpa alasan ketika ingatan saya mengaitkan "nama" yang disebut Prof. Sabri dengan "nama" yang disebut Shakespeare dan Ebiet G. Ade. Ada kesamaan dalam menempatkan "nama" di antara ketiganya, yaitu menempatkan teks pada konteksnya.
Dalam pemaknaan "nama" oleh Shakespeare, selama ini banyak pandangan bahwa lewat pernyataan "apalah arti sebuah nama", Shakespeare menisbikan makna sebuah nama atau nama itu tidak penting di matanya.
Padahal kalau kita melihatnya secara factual, pernyataan Shakespeare yang dicuplik dari drama masterpiece Shakespeare, berjudul "Romeo and Juliet", maka akan didapati bahwa ucapan tersebut merupakan ucapan dari Juliet sebagai pernyataan cintanya kepada seseorang yang menyandang nama Montague. Secara teks ke konteks, Juliet ingin menyebutkan  Montague hanya lah sebuah nama. Seperti hal dirinya menyandang nama Cupulet.
Adapun dalam "Lagu untuk Sebuah Nama," Ebiet ingin memaknai kata "nama" pada stanza ketiga lirik lagunya tersebut sebagai ekspresi keterpukauan seorang lelaki kepada seorang perempuan yang ia sukai.