"Dia pakai otak atau enggak sih?," tanya seseorang
"Lho memangnya kenapa?," jawab yang ditanya
"Soalnya ketika ditanya mengenai A dijawabnya B. Ditanya B jawabnya C, begitu seterusnya. Kesannya asal jawab tanpa dipikirkan terlebih dahulu jawabannya," jawab si penanya
Cuplikan percakapan yang menggunakan frasa (gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan) "pakai otak" seperti di atas sering dijumpai dalam perbincangan sehari-hari.
frasa "pakai otak" sendiri merupakan gabungan dua kata yakni "pakai" dan "otak". Â Kata pakai adalah kata dasar dari "memakai" yang memiliki makna "mengenakan, menggunakan",.
Adapun "otak" adalah "benda putih yang lunak terdapat di dalam rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf, alat berpikir; pikiran.
Berdasarkan pengertian kedua kata tersebut, maka frasa"pakai otak" dapat diartikan sebagai "memakai otak, mengenakan otak, menggunakan otak.
Dari sisi makna, frasa "pakai otak" sebenarnya tidak memiliki makna negatif, namun ketika digunakan tidak tepat waktu, tempat yang tidak sesuai dan obyek yang keliru, maka hal tersebut dapat menjadi permasalahan tersendiri.
Jika frasa "pakai otak" ditujukan kepada seseorang dengan cara kasar, misalnya "pakai otak!", maka frasa tersebut dapat dimaknakan sebagai tuduhan atau keraguan kepada seseorang yang dituju. Tuduhan bahwa orang diajak bicara tidak sedang berpikir atau tidak sedang menggunakan otaknya untuk berpikir dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu dan karenanya perlu konfirmasi.
Nah, di tengah hiruk pikuk pelaksanaan pemilihan capres/cawapres dan caleg sekarang ini, penggunaan frasa "pakai otak" menjadi sensitif karena mudah  menimbulkan ketersinggungan dan memicu keributan.
Coba saja bila cuplikan kata dalam dialog pembuka di tulisan ini digunakan saat kampanye, apakah tidak menimbulkan kegaduhan?