Sebuah strategi kekinian dalam memahamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat, khususnya generasi milenial dilakukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melalui tayangan video yang diunggah di akun Youtube BPIP pada 28 Oktober 2018.
Seperti dikutip dari informasi di  Silanews, BPIP mengunggah sebuah video pendek berdurasi 15 menit 30 detik bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2021.  Peluncuran video tersebut dimaksudkan untuk mengenalkan keragaman kekayaan dan budaya serta persatuan Indonesia lewat batik.
Video keren yang dibintangi sepasang generasi milenial ini berisi gambar-gambar keindahan alam Indonesia dan kekayaan budaya yang beragam, salah satunya batik.
BPIP mengenalkan batik sebagai buah pikir dan rasa yang menggambarkan suasana di masyarakat Indonesia yang beragam.
Pendekatan yang digunakan BPIP menggunakan video kekinian tentu saja menarik karena memperlihatkajn terobosan dan kelenturan dalam berkomunikasi di ruang publik.
Melalui video ini kita mengenal asal-usul batik Nitik khas Yogyakarta yang telah mendapatkan pengakuan hak kekayaan intelektual berupa sertifikat indikasi geografis. Kita juga diajak memahami etika berbatik dan kekhasan batik di setiap daerah.
Tidak cukup sampai disitu, penonton juga dipahamkan bahwa batik bukan hanya soal berbusana, tetapi juga soal penyembuhan penyakit. Ada beberapa motif batik yang digunakan untuk penyembuhan seperti udan deres, gringsing dan tambal.
Yang juga sangat menarik, Silanews juga menginformasikan bahwa melalui video ini tersebut, penontion diajak mengetahui bagaimana Presiden Sukarno terpukau dengan kecintaan seorang Go Tek Swan, seorang Tionghoa di Solo, yang mendalami budaya Jawa. Karena kedekatannya, Presiden Sukarno pun meminta Go Tek Swan untuk membuat batik Indonesia di tahun 1955.
Memenuhi permintaan Sukarno, Go Tek Swan pads akhirnya berhasil melahirkan batik Indonesia. Go Tek Swan menerjemahkannya sebagai batik persatuan yaitu batik yang didalamnya mengandung makna persatuan, mempersatukan unsur-unsur dari semua daerah-daerah.
Melalui gambar-gambar yang apik dan tidak membosankan, BPIP berhasil mengingatkan penonton akan persatuan Indonesia dan keragaman kekayaan budaya Indonesia tanpa terkesan menggurui.