Merujuk pandangan Ivan Lanin, maka saya menyimpulkan bahwa penulisan kata “reviu” ataupun kemunculan kata “agile” tidak terlepas dari interaksi sehari-hari antar manusia. Interaksi yang antara lain memunculkan penyerapan dalam bahasa yaitu pengambilan unsur dari suatu bahasa asing ke dalam bahasa lain untuk dibakukan dan digunakan secara resmi oleh pemakai bahasa tersebut. Fungsi penyerapan bahasa asing adalah untuk memperkaya khazanah kosakata suatu bahasa (misalnya dari bahasa asing ke bahasa Indonesia) agar menjadi lebih beragam.
“Apakah kamu tahu bahwa dalam bahasa Indonesia ada beberapa bentuk penyerapan antara lain penerjemahan langsung misalnya “merger” menjadi “gabung usaha” atau “supermarket” menjadi “pasar swalayan,” tanya saya sekaligus menjelaskan.
“Apakah kamu tahu bahwa penyerapan bisa pula dilakukan dengan penerjemahan dengan rekaan, misalnya “camera” menjadi “kamera” atau “microphone” menjadi “mikrofon,” tanya saya lebih lanjut.
“jadi review menjadi reviu merupakan penerjemahan dengan rekaan?,” bukannya menjawab pertanyaan, rekan saya malah balik bertanya.
“Kalau melihat pola kata “review” menjadi “reviu” maka hal tersebut merupakan penerjemahan dengan rekaan. Lebih tepatnya penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal, mirip perubahan dari kata “file” menjadi “fail”,” jelas saya.
“Lalu kata “agile” sebenarnya penyerapan seperti apa?” tanya teman saya lagi
“menurut kamu bagaimana?.” saya balik bertanya
“ehm … mestinya sih penerjemahan langsung ya,” jawab teman saya tersebut
“kalau penerjemahan langsung, apa makna atau arti kata “agile” itu sendiri?,” tanya saya lagi
“Gile lu ndro … lihat sendiri aja deh di kamus,” jawab teman saya sambil ngeloyor pergi
Melihat teman saya ngeloyor tanpa menjawab pertanyaan, saya lantas teringat (lagi) akan apa yang ditulis Ivan Lanin di bukunya, tepatnya di halaman 116 “Sepintar apa pun seseorang berbahasa Inggris, kalau ditanya apa artinya “confused” pasti dia jawab bingung”.