Bulan Juni adalah bulan Pancasila. Pada bulan ini diperingati hari kelahiran Pancasila pada 1 Juni 1945. Dan secara kebetulan pula bila bulan Juni ini bertepatan dengan kelahiran penggali Pancasila dan juga Proklamator Kemerdekaan RI Ir. Sukarno pada 6 Juni 1901.Â
Serangkaian kegiatan, mulai dari upacara kenegaraan hingga diskusi dan perlombaan dilakukan oleh pemerintah dan anggota masyarakat.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, mengingat bahwa kita berada di tengah wabah Covid-19, maka pada tahun ini puncak peringatan hari lahir Pancasila diperingati upacara virtual yang dipimpin Presiden RI Joko Widodo pada 1 Juni 2020.Â
Saat upacara berlangsung, Presiden RI berada dari kediamannya di Istana Bogor dan para peserta upacara berada di kantor/kediaman masing-masing.
Meski upacara berlangsung virtual bukan berarti makna peringatan berkurang. Justru di tengah keprihatinan wabah Covid-19, perbincangan mengenai Pancasila di dunia maya meningkat dan sangat terasa. Berbagai diskusi daring untuk lebih memahami nilai-nilai Pancasila marak dilakukan oleh anggota masyarakat.
Dari sekian banyak permasalahan yang mengemuka tentang Pancasila, permasalahan yang paling banyak dikemukakan adalah sudah seberapa dalamkah kita memahami dan mengamalkan nilai inti Pancasila? Sudah seberapa nyata Pancasila di dalam tindakan kita?"Â
Tidak mengherankan apabila sebagian besar diskusi di dunia mengambil tema tentang "Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila."
Dari permasalahan yang paling mengemuka tersebut saya melihat bahwa masyarakat tidak lagi mempermasalahkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.Â
Masyarakat melihat bahwa Pancasila yang diwariskan dari para pendiri bangsa sudah final. Pancasila telah terbukti menjadi pemersatu kemerdekaan Indonesia dan memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dan negara di setiap badai yang bergejolak. Yang diinginkan masyarakat adalah bagaimana Pancasila dalam tindakan kehidupan bernegara dan bermasyarakat sehari-hari.
Kita memahami bahwa setiap sila dari Pancasila memiliki makna sendiri dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari sesuai yang terkandung dalam makna tersebut.Â
Pancasila tidak lahir di ruang hampa, melainkan melalui sebuah proses dialektika yang panjang sehingga apa yang tercantum di dalamnya akan selalu kontekstual bagi masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke dengan sejuta perbedaan yang menghiasinya.