Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gabriel Edoway Anak Muda Penerus NKRI dari Papua

11 Juli 2019   06:53 Diperbarui: 11 Juli 2019   07:54 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penuklis berbincang-bincang dengan Gabriel Edoway setelah pertemuan dengan jajaran BPIP / foto Aris Heru Utomo

Kemarin siang kantor Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menerima kunjungan tamu istimewa seorang anak berusia 14 tahun bernama Gabriel Fabianus Silvianus Edoway atau biasa dipanggil Gabrilel. Ia yang berasal dari Papua adalah Duta Uni Papua Football Community, sebuah organisasi sosial yang fokus pada pengembangan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendapatkan perubahan sosial yang layak lewat sepak bola serta memperkenalkan Indonesia ke seluruh dunia. Meski memusatkan kegiatan pembinaan karakter melalui sepak bola di Indonesia Timur, Uni Papua juga memiliki perwakilan di berbagai wilayah Indonesia.

Di kanal Youtube, video Gabriel yang berbicara tentang pentingnya untuk belajar saling menghargai (respek) antara sesama teman maupun lawan ketika sedang bertanding sepakbola menjadi viral. Dalam video berdurasi satu menit lima puluh detik yang diunggah pada 2016, ia menggambarkan bagaimana seharusnya sikap pemain bola baik profesional maupun yang masih belajar dalam setiap kali pertandingan.

"Jika seseorang sudah bisa menghargai orang lain maka nantinya orang lain dapat mengikuti untuk menghargai kita nantinya. Indonesia perlu dibentuk dari kita, bukan orang lain" tutur Gabriel dalam video tersebut.

Kedatangan Gabriel ke BPIP disambut hangat oleh seluruh jajaran pimpinan dan staf karena dipandang sangat tepat di tengah keprihatinan mulai lunturnya sikap saling menghargai di tengah masyarakat Indonesia. Apa yang dituturkan Gabriel dalam videonya bisa menjadi pelajaran bagi siapa saja. Karena untuk belajar saling menghargai antara satu dengan yang lain merupakan hal yang positif.

"Saya tinggal di Salatiga, Jawa Timur sejak sekitar empat tahun lalu. Tinggal disana bersama seorang anggota keluarga yang kuliah disana," ujarnya ketika ditanya seorang pimpinan BPIP

"O jadi tidak tinggal di Papua dan mendaftar sebagai anggota Uni Papua dari sana?," ujar si penanya mencoba memastikan

"Iya tidak. Saat ikut mendaftar sebagai anggota Uni Papua dari Semarang ketika sudah inggal di Salatiga. Ceritanya, sekitar empat tahun lalu, keluarga kami berkunjung ke Salatiga untuk mengunjungi saudara. Seusai kunjungan, saya merasa senang jika bisa tinggal disana, sehingga kemudian minta ijin untuk tinggal dan bersekolah di Salatiga. Ibu saya setuju dengan permintaan saya, syaratnya harus bisa sekolah dengan baik. Akhirnya saya pun numpang di rumah saudara dan bersekolah di kota tersebut sampai sekarang," papar Gabriel

"Beberapa waktu setelah tinggal di Salatiga, saya berteman dengan Denny. Dialah yang mengajak saya bergabung ke Uni Papua. Saya pun kemudian bergabung dan berkenalan dengan Pak Harry Widjaja, pendiri dan CEO Uni Papua." tambah Gabriel

"Saya senang bisa bergabung dengan Uni Papua, karena kegiatannya bukan cuma bermain sepak bola, tetapi juga membentuk karakter. Saya merasakan banyak sekali manfaat yang bisa didapat,' ujar Gabriel dengan penuh semangat

"Lho memangnya apa yang bisa didapat dengan bergabung ke Uni Papua," tanya yang lain

"Saya senang karena bisa belajar antara lain mengenai kerjasama dan disiplin" jawab Gabriel dengan cepat

"Gabriel, menurut kamu, apakah semangat bekerjasama sama dan disiplin sejalan dengan Pancasila?" tanya yang lainnya pula

"Iya, tentu saja sejalan. Kan Pancasila itu merupakan suatu nilai kebaikan yang ada dalam kehdiupan keseharian kita," jawab Gabriel

"Gabriel hapal dong sila-sila Pancasila?" ujar si penanya lebih lanjut

"Iya hapal" jawab Gabriel sambil kemudian menyebutkan satu-persatu sila-sila Pancasila dengan lancar.

"Ngomong-ngomong, sebenarnya apa sih harapan Gabriel terhadap anak-anak Indonesia?," kali ini saya yang bertanya  

"Saya berharap teman-teman bisa menjadi orang yang memiliki kepribadian baik. Karena kitalah penerus masa depan bangsa, yang akan membangun Indonesia," jawab Gabriel sambil kemudian menutup pembicaraan dengan salam Pancasila.

Salam Pancasila adalah salam yang diperkenalkan Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri pada tahun 2017 dalam sebuah acara di Istana Bogor. Salam tersebut dilakukan dengan mengangkat lima jari kanan lurus di atas pundak seperti orang menghormat, kemudian berseru "Salam Pancasila". Salam tersebut untuk menunjukkan bahwa tanggung jawab untuk mengormati dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara dipanggul bersama oleh seluruh elemen masyarakat, bukan hanya pemerintah atau BPIP saja.

"Lho kok Gabriel tahu salam Pancasila?." sela penanya yang tadi bertanya soal Pancasila

"Lho kan tadi bapak-bapak dan ibu-ibu disini yang memberi tahu," jawab Gabriel sambil tersenyum lebar

"ha ha ha ha" terdengar tawa bersama di ruang tempat pertemuan untuk membenarkan pernyataan Gabriel yang terakhir  

Berbincang-bincang dengan Gabriel benar-benar sangat mengasyikan. Ia bukan hanya tangkas dan tanpa ragu dalam menjawab setiap pertanyaan, ia pun kerap bertanya balik layaknya seorang anak. Di tengah pertanyaan yang diajukan, ia kerap bertanya jika pertanyaan yang diajukan dirasa kurang jelas.

Melihat Gabriel, saya seperti melihat mutiara Pancasila dari timur yang berkemilau. Saya melihat seorang anak Papua yang cerdas dan penuh percaya diri. Seorang anak yang bisa menjadi contoh anak-anak lainnya.dalam menatap masa depan Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Seorang anak yang bisa membawa Indonesia penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan serta saling menghargai seperti yang dituturkannya dalam videonya di Youtube.

Dari Gabriel kita diingatkan bahwa belajar saling menghargai antara satu dengan yang lain merupakan hal positif. Dan merujuk perkataan Gabriel bahwa Indonesia perlu dibentuk dari kita, bukan orang lain, maka upaya membentuk Indonesia yang lebih baik bisa dimulai dari diri kita bersama. kemudian ditularkan ke anak-anak sejak usia dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun