Indonesia. Di jalan ini masih banyak dijumpai bangunan tua bekas peninggalan kolonial Belanda di kanan kirinya.
Jalan Ir H Juanda, Jakarta, Â merupakan sebuah jalan yang membentang dari simpang Harmoni hingga pertigaan Gedung Kesenian Jakarta. Jalan ini termasuk salah satu jalan tertua di Jakarta bahkan mungkin diSelain bangunan kuno, Â di Jalan Ir H Juanda juga terdapat sederet tempat kuliner lezat dari berbagai daerah seperti dari Padang (Sumatera Barat), Makassar (Sulawesi Selatan), Sunda (Jawa Barat) atau Madura (Jawa Timur). Â
"Kuliner-kuliner garis keras!, " celetuk seorang rekan saya.
"Maksud saya, Â kuliner-kuliner dari daerah tersebut tersebut banyak yang dikenal kelezatannya, Â bahkan bisa disebut melegenda, sehingga pantas disebut garis keras" jelas rekan saya tersebut dengan segera, Â khawatir celetukannya disalahartikan lebih lanjut.
"Coba saja perhatikan, Â di sepanjang jalan H. Juanda terdapat restoran-restoran Padang yang menyajikan menu yang lezat seperti restoran Sederhana, Â Sari Bundo ataupun Siang Malam. Ada soto Madura, Â ada juga restoran coto Makassar di samping restoran Padang Siang Malam" jelasnya lebih lanjut
"Letak restoran dari berbagai daerah yang beragam dan saling berdampingan juga menunjukkan kerukunan bangsa Indonesia, Â yang meski berbeda-beda tetapi satu dan rukun, tidak gontok-gontokan dalam menjual kuliner dagangannya. Konsumen memiliki kebebasan penuh untuk menikmati sajian kuliner yang dikehendaki" tambahnya
Apa yang dikatakan rekan saya tersebut memang benar adanya dan tidak mengada-ada karena hari ini saya berkesempatan menjajal salah satu kuliner yang dikenal kenikmatannya. Â Bersama dua orang rekan, saya menjajal coto Makassar di Jalan H. Â Juanda tersebut. Seperti disebut rekan saya, Â restoran coto Makassar ini persis terletak di samping restoran Padang Siang Malam. Â
Sama seperti halnya restoran Padang Siang Malam, Â restoran coto Makassar ini berada di lantai satu di sebuah gedung kuno yang pernah menjadi kantor Persatuan Wartawan Indonesia. Â
Gedungnya terlihat sudah agak kumuh dan terdapat kerusakan disana-sani. Â Interior restoran coto Makassar terlihat masih mempertahankan keaslian gedung dengan potret-potret lawas para pahlawan nasional menempel di dlnding, bahkan di teras terdapat foto-foto lawas Soekarno.
Begitu duduk di kursi restoran, Â kami bertiga langsung memesan tiga mangkuk coto Makassar daging sapi, selain coto daging sapi tersedia pula coto berisi jeroan. Â Sementara di meja makan sudah tersaji ketupat dan buras sebagai kelengkapan coto.
Tidak pakai lama, Â begitu coto tersaji kami pun menyantapnya saat coto masih hangat. Â Rasanya yang begitu enak dan lezat, serta kuahnya gurih langsung terasa. Aromanya yang khas pun langsung tercium. Â Â