Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melestarikan Nilai-nilai Luhur Lewat Permainan Tradisional

28 April 2019   13:48 Diperbarui: 28 April 2019   18:01 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang namanya anak-anak pada umumnya pasti suka bermain. Tidak ada bedanya antara anak jaman dahulu dengan anak jaman sekarang. Selalu ada tingkah dan pola anak-anak dalam bermain yang sering membuat orang tua gemes melihatnya. Yang membedakan adalah zamannya.

Pada jaman dahulu, terutama jika melongok era tahun 60 dan 70-an bahkan hingga 80-an, permainan dan olahraga yang  sangat popular antara lain gobak sodor atau hadangan (galasin), bentengan, adu gundu, panggal, demprak, dampu, loncat tali, gatrik dan sebagainya.

Pada masa itu, permainan yang sekarang disebut sebagai permainan tradisional tersebut banyak dimainkan anak-anak, terutama yang tinggal di kampung atau pedesaan. Permainan tradisional tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan keceriaan generasi muda Indonesia.

Anak-anak kerap memainkan permainan dan olahraga tersebut dengan gembira menggunakan fasilitas seadanya. Perangkat permainan pun bisa diambil dari lingkungan sekitar dan tidak perlu mengeluarkan biaya. Berbeda dengan anak-anak jaman sekarang lebih akrab dengan permainan elektronik dan game online di internet yang dapat diakses lewat komputer atau gadget. Di depan perangkat elektronik tersebut anak jaman sekarang bisa betah berjam-jam menatap layar monitor.    

Jika diamati, permainan dan olahraga yang dilakukan anak-anak jaman dahulu bukan hanya sekedar kumpul dan bermain. Sejatinya, setiap permainan tradisional yang dimainkan mengajarkan banyak perihal kehidupan dan menumbuhkan nilai nilai luhur budaya peninggalan pendahulu kita. Lebih jauh permainan tradisional ternyata juga memiliki semangat edukasi, mengolah kemampuan dan keterampilan fisik, mental, dan sosial anak-anak dalam bentuk permainan yang mengajarkan kebersamaan, gotong-royong, saling tolong-menolong, keterampilan, olahraga, olahrasa, olah pikir, berjuang dalam tim, dan bersaing sehat.

Sebagai contoh, permainan gobak sodor atau hadangan. Permainan ini sarat akan makna filosofis yang mengisyaratkan kekuatan daya tahan atas tanah air atau rumah milik kita. Pemain harus sekuat tenaga mempertahankan rumahnya sehingga tidak ada lawan yang mampu masuk dan memeperoleh poin karena merebutnya. Tak hanya itu permainan yang kerap juga disebut hadang ini mengajarkan nilai-nilai kerjasama, kekompakan, kebersamaan dan komitmen.

Karenanya permainan tradisional tersebut bukan hanya sehat fisik tetapi juga sehat batin. Karena didalamnya sarat akan nilai yang jika kita paham sebenarnya itu adalah pondasi kokohnya suatu bangsa. Sayangnya seiring dengan semakin terpinggirkannya permainan dan olahraga tradisional, nilai-nilai luhur yang terdapat dalam permainan tersebut lambat laun tergeser dan mulai terlupakan karena tidak ada yang mengingatkan. Anak-anak muda tidak lagi merasakan semangat membangun kebersamaan, gotong royong dan saling tolong menolong sejak dini atau sejak masa kanak-kanak.

Karena itu, inisiatif yang dilakukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk mengenalkan kembali dan melestarikan permainan tradisional dan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya kepada masyarakat luas, khususnya kepada anak-anak jaman sekarang, sangat patut diapresiasi.

Pelestarian permainan tradisional memiliki tujuan penting sebagai sarana membangkitkan tradisi di masyarakat. Permainan tradisional bukan semata-mata melestarikan tradisi eksotik, tetapi juga mengangkat harga diri dan pride of nation. Sehingga anak-anak yang bermain olah raga tradisional, bukan lagi dianggap orang pinggiran, tapi orang yang ikut melestarikan simbol-simbol bangsa.

Karena itu. bekerjasama dengan Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI), BPIP mulai giat memperkenalkan permainan tradisional ke anak-anak, misalnya dengan memperkenalkannya ke anak-anak sekolah di Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu dan warga masyarakat yang berolahraga di kawasan halaman Monumen Nasional.  

Ketika mulai diperkenalkan kembali ke masyarakat, banyak anak-anak generasi milenial yang bertanya-tanya tentang permainan tradisional tersebut. Tidak sedikit yang belum pernah mengenal permainan tradisional tersebut sama sekali, beberapa hanya pernah mendengar cerita dari orangtuanya. Karenanya begitu diperkenalkan mereka sangat senang dan terlihat antusias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun