Hari ini 6 Juni 117 tahun yang lalu di Surabaya (bukan Blitar) telah lahir seorang anak lelaki bernama Koesno Soesrodihardjo dari pasangan suami istri Raden Soekemi Soesrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.  Koesno Sosrodihardjo yang kemudian berganti nama menjadi Soekarno atau akrab dengan sebutan Bung Karno  merupakan salah seroang bapak pendiri bangsa yang menghabiskan sebagian besar masa hidupnya untuk berpikir dan berjuang atas nama kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sebagai pendiri bangsa dan Proklamator/Presiden RI pertama banyak tulisan yang mengisahkan sosok Bung Karno, mulai dari kisah masa kecilnya, masa perjuangan, masa kejayaan, himgga masa keterpurukannya. Dari sekian banyak tulisan mengenai Bung Karno, salah satu tulisan yang menarik adalah tulisan "Soekarno Head to A Nation" yang menjadi artikel utama majalah Newsweek terbitan 15 Februari 1965. Sebuah tulisan faktual yang mengisahkan kebijakan Bung Karno di tahun-tahun yang dikenal sebagai "A Year of Living Dangerously", masa dimana terjadi pertarungan politik memperebutkan kekuasaan yang dipimpin Partai Komunis Indonesia.
Dalam majalah bersampul coklat yang menampilkan foto Bung Karno dalam pakaian kebesaran, lengkap dengan atribut dan tanda jasa serta peci hitam, diceritakan mengenai sikap Bung Karno sebagai pemimpin tertinggi di Indonesia yang flamboyan, penuh kharisma, dan memiliki personalitas yang kompleks.
Newsweek menyebutkan bahwa Bung Karno merupakan seorang pemimpin yang telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang disegani, tidak saja di Asia Tenggara, namun juga dunia. Di bawah kepemimpinan Bung Karno, Indonesia sangat percaya diri dengan potensi yang dimiliki dan mempergunakan potensinya tersebut untuk melaksanakan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan tegas dan penuh percaya diri.
Menurut Newsweek, salah satu bentuk kepercayaan diri Bung Karno diperlihatkan ketika ia mengumumkan bahwa Indonesia akan memiliki bom atom sendiri pada akhir tahun 1965. Sebuah pengumuman yang sontak saja memunculkan kekhawatiran di dunia Barat. Di tengah meluasnya pengaruh dan ancaman komunisme di Asia Tenggara, dunia Barat khawatir Indonesia akan menjadi salah satu ancaman terhadap stabilitas keamanan dan perdamaian di Asia Tenggara, selain ancaman komunisme dari China.
Mengingat Newsweek edisi ini terbit di bulan Februari 1965 tentu saja tidak muncul fakta bahwa Bung Karno yang terkesan kuat sebagai pemimpin pada akhirnya  tergusur dari puncak kekuasaan pasca pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada 30 September 1965. Namun,  meski tergusur d dari puncak kekuasaan,  pengakuan dan penghargaan masyarakat Indonesia terhadap kontribusi Bung Karno  yang sangat besar dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak berkurang.
Kontribusi Bung Karno yang sangat besar dalam mewujudkan NKRI patut digarisbawahi, apalagi mengingat bahwa di hari-hari belakangan ini terdapat kecenderungan terjadinya pelemahan terhadap NKRI. Kurang kuatnya penegakan hukum, meningkatnya sikap intoleran, terjadinya konflik SARA dan golongan serta munculnya radikalisme merupakan beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya pelemahan NKRI.
Akhirnya, selamat uang tahun kelahiran ke-117 Bung Karno. Terima kasih atas jasamu membangun NKRI. Semoga apa yang telah kau dan para pendiri bangsa lainnya lakukan untuk membangun dan menegakkan NKRI dapat diteruskan oleh seluruh anak bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H