Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Selamat Hari Batik Nasional

2 Oktober 2016   07:50 Diperbarui: 2 Oktober 2016   10:43 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yakin sebagian besar dari kita tidak ada yang tahu atau lupa jika hari ini adalah Hari batik Nasional jika tidak ada sahabat atau kerabat yang mengingatkan di sosial media. Ya hari ini merupakan Hari Batik Nasional untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Melalui penetapan tersebut, Badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan ini memberikan pengakuan internasional terhadap batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.

Saya ingat pada tanggal 2 Oktober 2009 masyarakat Indonesia beramai-ramai mengenakan batik seperti layaknya menghadiri resepsi perkawinan. Sebagian besar anggota masyarakat, baik yang bekerja di kantoran ataupun bertugas di lapangan, seperti petugas pintu tol yang biasanya berseragam biru muda, pada hari itu mengenakan batik. Sementara di dunia maya, masyarakat Indonesia pun ramai-ramai memasang status di fesbuk dan menampilkan foto profil ataupun foto bersama mengenakan batik. Tidak lupa pula twitter, plurk dan bentuk-bentuk microblogging lainnya dipenuhi dengan kata batik.

Tanggapan yang luar biasa dari masyarakat Indonesia dalam menyambut keputusan UNESCO dan menjadikan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional layak diapresiasi dengan baik. Namun seperti kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung bersikap responsif dalam menanggapi suatu permasalahan dan hangat-hangat tahi ayam dalam melakukan sesuatu, gema Hari Batik Nasional pun senyap kembali.

Makna Hari Batik Nasional yang mesti dipahami secara lebih luas sebagai upaya untuk mewarisi budaya nasional dan memelihara tradisi membuat dan mengenakan batik dalam kegiatan sehari-hari, kiranya tidak mesti dipahami sebagai upaya responsif dari klaim dari negara lain yang mengakui batik sebagai warisan budayanya.

Dari pengamatan saya, masih ada keengganan dari sebagian anggota masyarakat untuk mengenakan batik saat berkegiatan, selain menghadiri resepsi pernikahan. Persepsi bahwa batik adalah pakaian yang lebih cocok untuk dikenakan saat menghadiri resepsi pernikahan atau kegiatan kebudayaan sudah sedemikian melekat di benak masyarakat. Padahal batik juga sangat cocok dan nyaman dikenakan saat kerja, baik di dalam maupun di luar ruangan. Bukan hanya itu, batik juga bisa dipakai dalam acara resmi kenegaraan, Presiden RI Joko Widodo telah mencontohkannya dengan baik. Saat berkunjung ke Filipina dan melakukan pemeriksaan barisan kehormatan didampingi Presiden Filipina Benigno Aquiono, Presiden Joko Widodo mengenakan batik dengan penuh kebanggaan.

Persepsi lain yang masih mengemuka adalah batik adalah pakaian yang umumnya dikenakan oleh orang tua, tidak cocok dikenakan oleh anak muda. Padahal batik dewasa ini bukanlah lagi busana yang hanya dikenakan oleh orang tua dengan model dan corak batik yang kaku. Pakaian batik saat ini telah dikemas modis sehingga cocok digunakan dalam berbagai kesempatan, baik tua maupun muda. Bahkan bagi mereka yang terbiasa mengenakan celana jeans, batik pun bisa dipadukan penggunaannya.

Dengan mengenakan batik dalam kegiatan sehari-hari, kita bukan saja memelihara budaya nasional, tetapi pada saat bersamaan menghidupkan perekonomian khususnya industri batik. Perajin batik akan tertolong dengan besarnya pesanan yang terus masuk dan tidak khawatir pasar batik dikuasai asing. Di sini terlihat adanya guliran-guliran dari penggunaan batik dan bukan sekedar mewarisi tanpa memberikan nilai ekonomis ataupun nilai tambah lainnya.

Dengan alasan tersebut di atas, maka sebenarnya tidak ada alasan untuk hanya berbatik setahun sekali. Setiap minggu kita bisa berbatik, bahkan jika perlu 2-3 hari dalam seminggu. Sehingga kita bisa berhari batik nasional setiap saat.

Salam Hari Batik Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun