Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpin ASEAN dan Pemanfaatan Media Sosial

10 Maret 2016   18:41 Diperbarui: 10 Maret 2016   18:49 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Presiden Jokowi tengah menyaksikan gerhana matahari di istana Bogor seperti yang diunggah di akun twitternya @jokowi"][/caption]Pada Rabu (9 Maret 2016) pagi, Presiden JokoWidodo (Jokowi) memposting di akun twitternya @jokowi sebuah foto dirinya sedang berdiri di depan istana Bogor mengenakan kemeja putih dan sarung biru kotak-kotak. Di timelinenya tersebut Presiden Jokowi menulis dalam bahasa Indonesia “Menyaksikan gerhana matahari total dari Istana Bogor. Inilah tanda-tanda kekuasaan Allah, kebesaran Allah –Jkw”.

Sebelumnya, masih di hari yang sama, dalam rangka menyambut perayaan hari raya Nyepi yang tengah dilakukan umat Hindu, Presiden Jokowi menulis “Selamat menjalankan catur brata penyepian bagi umat Hindu. Semoga keheningan Nyepi membawa kedamaian dan kebahagiaan untuk kita semua –Jkw”.

Meski tidak sesering pengguna sosial media aktif dalam menggunakan akun media sosialnya di Facebook, Twitter, ataupun Instagram, Presiden Jokowi termasuk salah seorang pejabat tinggi negara yang sudah sejak lama secara rutin menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Diketahui bahwa sejak menjabat sebagai Wali Kota Solo dan kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi telah akrab dengan sosial media dimana akun twitternya di @jokowi_do2 bahkan digunakan secara aktif untuk kampanye presiden oleh para pendukungnya.

Setelah menjabat sebagai Presiden RI pada Oktober 2015, kemudian dibuatlah akun resmi Jokowi di media sosial yang terverifikasi, baik di Facebook dengan laman Presiden Joko Widodo dan di twitter dengan akun @jokowi yang hingga kini telah memiliki 4,57 juta follower. Kehadiran Presiden Jokowi di media sosial dengan penampilan sederhana sepertinya ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa meski telah menjadi presiden, Jokowi tetaplah seperti anggota mayarakat pada umumnya dan tetap sebagai pemimpin yang merakyat.

Mencermati penggunaan media sosial oleh kepala negara/pemerintahan, Presiden Jokowi ternyata bukanlah satu-satunya kepala negara yang aktif menggunakan media sosial untuk melakukan komunikasi politik dengan masyarakatnya. Di ASEAN misalnya, hampir semua kepala negara/pemerintahan memiliki akun di media sosial.

Seperti dikutip dari surat kabar The Nation Thailand (1 Maret 2016), hampir sebagian besar pemimpin negara dan pemerintahan di ASEAN memiliki akun di media sosial. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong misalnya, ia dikenal sebagai pemimpin ASEAN yang aktif dan paham bagaimana menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya secara efektif. Ia memiliki akun di Facebook dengan sekitar 1,02 likes, Twitter dengan 269 ribu pengikut, Instagram dengan 199 ribu pengikut dan Youtube.

Menyadari besarnya pengguna aktif media sosial di Singapura (3, 7 juta pengguna atau sekitar 67 persen dari total penduduk Singapura yang berjumlah 5,54 juta), maka secara rutin Lee Hsien Loong memposting beragam isu dan kegiatan yang terkait dengan kebijakan dan strategi pemerintahnya. Ia misalnya pernah memposting mengenai masjid wanita satu-satunya di Singapura. Di time linenya ia menulis “Setiap agama besar melaksanakan ibadahnya secara beragam dan sesuai tradisinya. Pengikutnya beradaptasi dengan kebiasaan dan praktik keagamaan yang berlaku bagi masyarakatnya. Semua itu memperkaya warisan budaya yang memperkaya warisan budaya. Demikian pula halnya dengan agama, Muslim di Singapura memiliki identitas dan budayanya sendiri dan setiap orang memiliki alasan untuk menjadi bangga terhadap mereka”.

Di Filipina, dengan pengguna internet sebanyak 48 juta orang dari total penduduk Filipina yang berjumlah sekitar 105 juta jiwa atau sekitar 47 persen jumlah penduduk, Presiden Benigno Aquino III atau yang akrab dipanggil sebagai Ninoy Aquino juga menggunakan Facebook dan Twitter resmi sejak Agustus 2010, di akun Facebooknya terdapat 4,24 juta yang meng-like dan 3,02 juta follower di akun Twitternya, untuk mensosialisasikan program-program pemerintahannya dan membangun lingkungan yang sehat serta mendekatkan pemerintahannya ke masyarakat.

Data The Nation juga memperlihatkan bahwa penggunaan media sosial oleh para pemimpin ASEAN ternyata bukan hanya dilakukan di negara yang memiliki jaringan internet bagus dan tingkat penggunaan media sosial tinggi seperti di Singapura dan pemerintahan yang demokratis di Filipina. Di Myanmar pun, dimana jaringan internet tidak sebaik di negara-negara ASEAN lainnya dan pemerintahannya dikuasai rejim militer, ternyata pemimpinnya seperti mantan Presiden Myanmar U Thein Sein juga memiliki akun resmi Facebook dengan 69 ribu likes. Akun Facebook tersebut dikelola kantor kepresidenan untuk menyampaikan informasi ke masyarakat dan melaporkan berbagai kegiatan yang dilakukan.

Dari penelusuran, diketahui bahwa dalam berkomunikasi di media sosial para pemimpin ASEAN tersebut pada umumnya tidak menggunakan platform khusus, namun tetap menggunakan beragam platform sesuai dengan akun media sosial yang digunakan. Mereka tampaknya meyakini bahwa pada dasarnya setiap anggota kelompok masyarakat kerap menggunakan platform media sosial yang berbeda satu sama lain tergantung kelompoknya. Dan untuk meraih popularitas di masyarakat, seorang pemimpin atau politisi harus bersaing satu sama lain dan harus dapat beradaptasi dengan media sosial yang digunakan suatu kelompok masyarakat serta tentu saja melakukan interaksi aktif dengan masyarakatnya.

Dari pengamatan terhadap penggunaan media sosial di negara-negara ASEAN, diketahui bahwa popularitas penggunaan platform media sosial ternyata merefleksikan kebebasan berkomunikasi di suatu negara. Di Negara-negara dimana rejim otoriter masih kuat, penggunaan Facebook ternyata lebih populer dibandingkan Twitter. Facebook umumnya dipandang lebih cocok untuk digunakan sebagai tempat meneruskan pesan yang bersifat umum dan netral, sementara Twitter cenderung digunakan untuk mengekspresikan opini politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun