Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gayus di Jalur Diplomatik

12 Januari 2011   18:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:39 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan Gayus namanya kalau tidak bisa memperdayai banyak orang di sekitarnya. Lihat saja bagaimana ia menyuap Hakim Pengadilan Tinggi Negeri Tangerang Muhtadi Asnun yang mengadilinya dalam kasus manipulasi pajak. Ia pun berhasil memperdayai Jaksa Peneliti Cirus Sinaga, untuk memalsukan rencana penuntutan kasusnya.

Dari rumah tahanan Gayus bisa plesiran ke luar negeri dan Bali setelah membodohi polisi yang ngiler melihat duitnya. Terakhir yang tidak kalah hebohnya adalah dalam usaha pelesirannya ke Singapura dan Makau, Gayus ternyata berhasil meruntuhkan iman petugas imigrasi agar membuatkan paspor baginya dan membiarkan dirinya kelayaban ke luar negeri.

“Gayus Lolos lewat Jalur Diplomatik” begitu bunyi sebuah headline surat kabar cetak mengenai lolosnya Gayus ke luar negeri. Tidak berbeda dengan headline surat kabar tersebut, surat kabar cetak lainnya termasuk juga media online rata-rata menuliskan proses minggatnya Gayus lewat jalur diplomatik.

“Wah sejak kapan semua counter keimigrasian di bandara hanya digunakan untuk melayani diplomat/crew?” tanya rekan saya yang sering bolak-balik ke luar negeri dengan paspor diplomatik saat membaca judul headline tersebut. “ehm … setahu saya di bandara Soekarno-Hatta memang hanya ada satu counter saja, baik saat keberangkatan ataupun kedatangan, yang khusus dipergunakan untuk melayani diplomat/crew” timpal saya segera.

“Ya kalau cuma satu counter saja sebaiknya tidak disebut jalur diplomatik, tetapi lebih tepat di sebut baris atau lajur diplomatik.”, sergah teman saya tersebut. “Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jalur berarti kolom yang lurus, garis lebar atau setrip lebar. Adapun lajur diartikan sebagai deret beberapa benda (orang dan sebagainya) yg merupakan baris atau banjar” jelas teman saya.

“Maksudnya bagaimana, saya masih belum paham perbedaan kata jalur dan lajur seperti yang disebut dalam KBBI ?”, tanya saya dengan kebingungan yang tidak dibuat-buat.

“Begini deh, biar lebih jelas kita gunakan pengertian jalur dan lajur menurut PP 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan pasal 1 (1) menyebutkan bahwa Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan; sedangkan menurut pasal 1 (2) Lajur adalah bagian jalur yang memanjang dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor. Kalau masih bingung, lihat saja gambar dibawah ini”

12948581641916701475
12948581641916701475
“oke deh ... kalau begitu jelas bagi saya arti jalur dengan lajur" ujar saya.

"Wah kalau gitu  koran tersebut lebay donk waktu bikin judul berita tersebut" samber teman saya yang lain yang dari tadi diam-diam ikut nimbrung pembicaraan dan ikutan baca headline di koran tersebut. Saya cuma tersenyum saja mendengar komentarnya.

"Kalau gitu sekarang kita pakai istilah lajur diplomatik saja biar enggak lebay ..., lagi pula kalau pakai istilah jalur diplomatik nanti dikira Kemlu ikut terlibat dalam urusan pelancongan Gayus. Lagian Sejak kapan terdakwa kasus korupsi tersebut jadi diplomat atau pemegang paspor diplomatik sehingga memiliki keistimewaan untuk melintasi petugas imigrasi yang nongkrong di counter lajur diplomatik? tambahnya.

Sebelum saya sempat menjawab, rekan saya yang lain sudah langsung menimpali “Wah kemana aja loe selama ini?” “Bukan rahasia lagi kalau jalur … ech lajur diplomatik/crew di bandara Soekarno-Hatta juga sering dimanfaatkan oleh penumpang yang tidak memegang paspor diplomatik seperti Gayus.

“Saya juga pernah kok melewati lajur diplomatik/crew ketika pulang dari luar negeri. Waktu itu saya bisa melakukannya karena agen perjalanan kami kenal baik dengan orang-orang imigrasi dan tentunya ada salam tempel lah. Kita tidak perlu antri di depan counter imigrasi hanya untuk mencap paspor dan keluar dari imigrasi” ujar teman saya dengan penuh semangat.

Menyimak percakapan kedua rekan saya tersebut saya hanya bisa tersenyum kecut. Betapa tidak, apa yang mereka bicarakan memang ada benarnya. Saya sendiri beberapa kali berkesempatan menyaksikan beberapa orang yang tidak menggunakan paspor diplomatik atau menjadi crew penerbangan bisa melewati lajur diplomatik/crew. Dengan tenang si penumpang tersebut melenggang dan hanya menungu sejenak karena paspor mereka sudah dipegang orang yang mengurusi masalah keimigrasian.

“ach rupanya di negeri ini tidak perlu menjadi diplomat, crew penerbangan ataupun pejabat tinggi untuk memperoleh perlakuan khusus pemeriksaan kemigrasian di lajur diplomatic/crew. Cukup jadi Gayus, maka apapun bisa diatur dengan duitnya”.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun