Mohon tunggu...
Humaniora

Soal Perempuan adalah Soal Negara dan Masyarakat

28 Mei 2017   03:44 Diperbarui: 28 Mei 2017   04:14 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alam membuat manusia berpasang-pasangan. Laki-laki tak dapat ada jika tak ada perempuan, perempuan tak dapat ada jika tak ada laki-laki. Ia tak dapat hidup normal & subur apabila tidak dengan perempuan, perempuan pun tidak dapat hidup normal dan subur tanpa dengan laki-laki. Olive Schreiner, seorang idealis perempuan bangsa Eropa, di dalam bukunya “Drie dromen in de Woestijn”, pernah memperlambangkan  lelaki dan perempuan itu sebagai dua makhluk yang terikat satu kepada yang lain oleh satu tali gaib, satu tali hidup, yang terikat satu sama lain. 

Mungkin dimasa sekarang ini banyak diantara kita yg berpikir bahwa jumlah perempuan kenamaan itu belum banyak serta di dalam masyarakat sekarang kebanyakannya kaum laki-lakilah yang memegang obor ilmu pengetahuan, faIsafah & politik.  Memang benar, Di dalam masyarakat sekarang, di mana laki-laki mendapat lebih banyak kesempatan buat menggeladikan akal pikirannya, maka kaum laki-lakilah yg kebanyakan menduduki tempat-tempat kemegahan ilmu dan pengetahuan.  

Di dalam masyarakat sekarang ini, di mana kaum perempuan banyak yang masih dikurung, banyak yang tidak dikasih kesempatan maju ke muka di lapangan masyarakat, banyak yang baginya diharamkan ini serta diharamkan itu, maka tidak heran, bahwa kurang banyak kaum perempuan yang ilmu dan pengetahuannya membubung ke udara. Tapi ini tidak menjadi bukti bahwa kualitas berpikir perempuan itu kurang dari kualitas kaum lelaki, atau ketajaman otak perempuan kalah dengan ketajaman otak laki-laki, Kualitasnya sama, ketajamannya sama, kemampuannya sama, kesempatan bekerjanya sama, hanya saja kesempatan berkembangnya yang tidak sama, perempuan dibebaskan untuk berpendidikan dan berpengetahuan namun ketika ia sudah memiliki suami ia pun jua akan dibatasi. 

Apabila kita melihat kembali sejarah dimana saat itu manusia diawal kemunculannya hanya bertahan hidup dengan berpindah-pindah tempat dan melakukan pemburuan. Pada saat itulah perempuan melakukan perubahan yang sangat besar dengan pikiran yang mulai terbuka perempuan menanam benih untuk bertani. Masih dengan masa yang sama dimana kaum laki-laki sibuk dengan berburu, kaum perempuan dialah yang menjadi induk kemajuan, induknya “kultur”, Dia mulai terbuka pikirannya untuk membuat rumah.  

Dengan usaha yang dilakukan kaum perempuan pada masa itu maka naiklah derajat kaum perempuan dia di percaya untuk menciptakan hukum keturunan bergaris pada Ibu bukan Bapak. Di masa ini perempuanlah yang menjadi pencipta ilmu pertanian pertama, dialah pekerja petani pertama, dialah petani pertama, dialah menciptakan peradaban manusia pertama, dialah menciptakan kultur pertama, dan dialah menciptakan hukum pertama. 

Sesungguhnya, kita harus belajar insyaf, bahwa soal masyarakat dan negara adalah soal laki-laki dan perempuan. Dan soal perempuan adalah satu soal masyarakat dan negara. Soal perempuan bukanlah soal terkhusus bagi perempuan saja begitupun laki-laki bukan hanya persoalan laki-laki saja, tetapi persoalan masyarakat. tumbuhnya perempuan yang memiliki kapabalitas dan kualitas maka pertumbuhan negara pun akan semakin maju.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun