Es krim, siapa yang tak mengenal dessert nikmat satu ini. Rasanya yang enak dan menyegarkan dengan berbagai varian yang dapat dikombinasikan dengan macam-macam topping ini telah menjadi favorit bagi sebagian besar orang di Indonesia bahkan dunia. Dari mulai anak-anak hingga dewasa tentu menyukai menu satu ini. Oleh karena itu, tak ayal lagi kalau sebagian orang mulai menjadikannya menu wajib yang harus tersedia di rumah.
Namun dahulu ternyata es krim dikenal sebagai makanan kelas atas yang sangat istimewa. Sehingga mungkin hanya orang-orang kaya saja yang mampu menikmatinya. Bahkan dari beberapa versi sejarah awal penemuan es krim sendiri bisa dibilang hanya orang-orang bangsawan kerajaan yang dapat menikmati makanan lezat ini.Â
Seperti versi dari bangsa Romawi yang menyebutkan bahwa awal mula penemuan es krim yaitu ketika Kaisar Romawi Nero yang hidup pada abad 54 sebelum masehi menyuruh pengawalnya untuk mengambil salju di gunung dan mencampurnya dengan nektar, buah, dan madu untuk sang kaisar. Versi lain menyebutkan, es krim berasal dari Tiongkok pada masa Dinasti Raja Tang (618-907 M). Saat itu sang raja meminta hidangan es hasil fermentasi susu yang dipanaskan dan dicampur dengan tepung.
Terlepas dari berbagai fakta sejarah itu semua, dengan berjalannya waktu kini es krim sudah berubah menjadi hidangan yang lazim dikonsumsi banyak orang. Bahkan sekarang boleh dibilang menyantap camilan es krim ini telah menjadi gaya hidup (lifestyle)Â bagi sebagian orang khususnya kaum urban.Â
Tak hanya karena soal rasa, masyarakat urban juga mulai menyadari bahwa es krim sangat baik bagi kesehatan mereka dan bisa menjadi moodbooster dikala mood sedang turun.
Tetapi saat ini lifestyle tersebut belum menjadi habit yang menyeluruh di kalangan masyarakat Indonesia, sehingga konsumsi es krim di Indonesia masih tergolong rendah bahkan jika dibandingkan negara-negara tetangga.Â
Contohnya seperti di Malaysia konsumsi es krim sudah sebesar 2,1 liter per kapita per tahun, Singapura 5,5 liter per kapita per tahun, dan Australia 17,6 liter per kapita per tahun, sedangkan konsumsi es krim di Indonesia masih jauh di bawahnya yaitu hanya 0,6 liter per kapita per tahun.Â
Selain karena habit yang belum terbangun, minimnya konsumsi juga bisa jadi disebabkan masih adanya berbagai mitos kesehatan yang menghantui konsumen serta banyaknya masyarakat yang belum mengetahui tentang manfaat dari mengkonsumsi es krim. Â
Oleh karena itu, dengan masih besarnya potensi pasar maka produsen es krim berlomba-lomba untuk berinovasi dalam memberikan sajian es krim yang berkualitas, sehat, dan terbaik bagi konsumen di Indonesia.Â
Upaya inilah yang juga telah dan terus dilakukan Campina sebagai produsen es krim terbesar dan terbaik asli Indonesia. Dengan semangat inovasi yang menjadi tradisi, Campina terus tumbuh sejak masih dirintis di garasi rumah sang pemilik, Bapak Darmo Hadipranoto, di Jalan Gembong Sawah, Surabaya pada tahun 1972 silam, hingga di era millennial saat ini.Â
Brand yang sudah tidak asing bagi penggemar dessert ini telah mampu menghadirkan berbagai macam varian es krim yang enak dan berkualitas. Antara lain, mulai dari es krim happycow, spongebob untuk anak-anak; concerto, heart untuk remaja:Â gold ribbon, luve litte untuk dewasa; ice cream cake, tubs hula-hula untuk kalangan keluarga; ataupun porsi bulk 5 dan 8 liter.