Mohon tunggu...
Ari Setiarsih
Ari Setiarsih Mohon Tunggu... -

Female, 19th, Magelang, Sedang berjuang menjadi seorang pendidik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ku ingin Kau Tahu Kasihku...

9 Juli 2013   00:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:49 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

3 tahun lalu aku mengenalmu. Berawal dari curahan hatiku kepada teman ketika aku ingin memiliki teman laki-laki dari sekolah sebelah. Ya, akhirnya aku berhasil diperkenalkan dengan seorang lelaki yang cukup baik. Masa-masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Hubungan perkenalan pun semakin berlanjut. Hari demi hari berganti. Minggu demi minggu berlanjut menjadi bulan. Kesamaan prinsip dan intensitas hubungan yang semakin meningkat menimbulkan tumbuhnya rasa nano-nano dalam diriku. Hari-hariku terpenuhi akan rasa penasaranku kepadamu. Ku nanti dan ku nanti kabarmu, smsmu dan telponmu.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Hari Selasa di Bulan Juli 2010, dengan membawa sebuah kado berwarna merah jambu dan senyum manismu kau datang menemuiku. Ya, saat itulah aku genap berusia 17 tahun. Betapa bahagia dan berbunga-bungannya hatiku menerima hadiah pemberianmu. Selang 3 hari setelah ulang tahunku, tiba-tiba kau datang lagi menemuiku. Wajahmu yang polos, gugup dan sedikit malu membuatku ingin tertawa saat itu. Detik-detik pertemuan berlalu. Tak ku sangka kau ucapkan kata-kata yang benar-benar membuatku bingung dan bahagia sebagai wanita. Masih teringat dibenakku pertanyaan yang ku berikan kepadamu saat itu, “Bagaimana dengan perbedaan yang begitu dalam diantara kita? Apakah kamu siap dengan semua itu?” Kau pun menjawab “Tak apa, mari kita jalani dulu”. Dengan berbekal perasaan yang ada dalam hati, ku putuskan tuk menerimamu walaupun sebenarnya aku takut menjalani kehidupan dimasa depan.

Dan akhirnya, tepat hari ini sudah 3 tahun hubungan ini kita jalani. Aku tahu kita berbeda. Kau pun tahu. Ditengah perbedaan, cinta itu semakin tumbuh dan tumbuh menjadi besar. Kasih, tahukah kamu perasaan yang ada dalam diriku? Aku takut...setiap hari aku takut begitu takut menghadapi masa depan. Benteng diantara kita begitu tinggi. Tak sanggup ku raih tanganmu. Aku tak mau memaksamu dan kau pun tak mau memaksaku. Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Kadang ku berpikir kenapa kita mesti berbeda. Bukankah cinta tidak mengenal keyakinan? Pada akhirnya, aku tak mau melukai perasaanmu namun aku juga tak sanggup menahan sakit seperti ini. Akankah hubungan seperti ini kita jalani? Atau kita akhiri? Tuhan, beri aku petunjukmu....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun