Mohon tunggu...
Aris Dwi Nugroho
Aris Dwi Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Seseorang yang selalu ingin menjadi pembelajar sejati untuk menggapai kebahagiaan hakiki.

Email: anugrah1983@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengan BPJS, "Why Not?"

30 Mei 2017   09:19 Diperbarui: 30 Mei 2017   09:27 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi BPJS, Dokumen Pribadi

BPJS yang dimaksud dalam tulisan ini bukanlah sebuah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sebuah perusahaan asuransi yang dikenal sebelumnya sebagai PT. Askes. Bukanlah juga Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita, sebuah judul film gubahan sutradara Adhe Dharmastya yang dibintangi oleh Mikha Tambayong. Namun BPJS yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Budget Pas-pasan Jiwa Sosial.

Ada kalimat-kalimat menarik yang terkadang terdengar dari seseorang ketika dalam obrolan ringan yang berhubungan dengan topik aktivitas sosial, khususnya bakti sosial, atau yang sejenisnya. Kalimat-kalimat yang terucap dari seseorang tersebut diantaranya: “boro-boro mau membantu, untuk sendiri saja pas-pasan” atau “Jangankan untuk memberikan sumbangan, penghasilan saja pas-pasan”.

Kalimat-kalimat pernyataan tersebut menjadi sebuah stimulus tersendiri di dalam pikiran untuk berpikir radikal bagi saya. Ketika proses berpikir berlangsung, muncul memori-memori tentang beberapa fenomena di masyarakat yang terkait dengan masalah aktivitas sosial. Ada seseorang yang dalam kehidupannya mapan, memiliki rumah dan isinya yang sangat layak dengan didukung oleh mobil dan motor terparkir di halaman rumahnya, penghasilan berlebih untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan dapat menyisihkan untuk di saving. Namun dengan kondisi yang semacam itu, seseorang tersebut tidak peka terhadap kondisi keluarga, ataupun orang-orang disekelilingnya yang mengalami kesulitan. Seseorang tersebut berat untuk mengulurkan tangan, memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan bantuannya, atau bahkan orang tersebut tidak memiliki sedikitpun keinginan untuk berbagi, memberikan sebagian harta yang dimilikinya kepada orang-orang yang nasibnya kurang beruntung dibandingkan dirinya.

Di lain sisi, ada seseorang yang dalam kehidupannya tergolong kelas bawah, hidup di dalam rumah yang sederhana, dengan tingkat penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya, atau ada juga seseorang yang kondisinya “besar pasak daripada tiang”, bekerja dengan penghasilan yang sangat tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun dengan kondisi demikian, mereka bisa membantu orang lain, mereka dapat berbagi, menyisihkan sebagian hartanya walaupun sedikit untuk membantu orang-orang yang membutuhkannya.

Apabila dianalisis secara mendalam, kedua fenomena tersebut di atas menyimpulkan bahwa sebenarnya masalah aktivitas sosial tidak berhubungan dengan materi/harta, namun hal itu berhubungan dengan hati, khususnya empati yang dapat menumbuhkan jiwa sosial. Coba perhatikan, orang-orang yang berlebih hartanya yang seharusnya sangat memungkinkan untuk dapat menyisihkan sebagian hartanya untuk aktivitas-akivitas sosial, namun pada kenyataannya tidak semua dari mereka dapat melakukannya. Sebaliknya, orang-orang yang secara ekonomi terbilang kurang, atau pas-pasan, tidak sedikit dari mereka yang bisa berbagi, memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkannya.

Kasus pada fenomena golongan kedua, dimana mereka dapat melakukan aktivitas-aktivitas sosial, memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan, walaupun kondisinya terbilang pas-pasan atau kurang, antara lain dikarenakan mereka memiliki keyakinan dan kepercayaan serta kesadaran tinggi yang menjadi sistem nilai yang tertanam dalam dirinya bahwa harta yang dimilikinya merupakan sebuah amanah dari Allah SWT, yang di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan yang menyertainya terkait tata cara pemanfaatannya, termasuk untuk aktivitas sosial.

Selain itu, tertanam pula dalam dirinya sebuah prinsip bahwa kebaikan yang dilakukan kepada orang lain, pada hakikatnya adalah kebaikan untuk dirinya sendiri. Dengan melakukan aktivitas sosial, memberikan bantuan, dan berbagi terhadap orang-orang yang membutuhkan akan menjadikan sebuah investasi besar bagi dirinya, baik di dunia maupun di akhirat. Kebaikan yang dilakukan dalam aktivitas sosial tersebut adalah wujud kepatuhan dan bentuk penghambaan kepada Allah SWT yang akan mendatangkan keridhoan-Nya, sehingga akan membuat hidup semakin lebih bermakna dalam tataran kehidupan sosial, yang merupakan salah satu dari kebahagiaan hakiki seseorang.

Kebaikan yang dilakukan tersebut juga akan memberikan pengaruh positif bagi kesehatan seseorang. Sebagaimana sebuah studi yang dilakukan oleh Prof. David M Clelland yang dikutip oleh Majalah Ummi Online (08 September 2015) menyimpulkan bahwa dengan melakukan sesuatu yang positif untuk orang lain akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh lebih kuat menghadapi penyakit, sehingga tubuh akan selalu menjadi sehat.

Selanjutnya, dalam melakukan aktivitas sosial, janganlah menggunakan logika matematika, yang mana dengan mengeluarkan sebagian harta, akan berkurang harta seseorang. Tidak ada dalam sejarah hidup manusia, orang yang melakukan kebaikan dengan hartanya jatuh miskin. Justru orang demikian akan sering mendapat keajaiban dan pertolongan tak terduga. Bukankah Allah SWT menjanjikan balasan dari setiap kebaikan sekecil apapun yang dilakukan seseorang. Allah SWT Dzat yang Maha Besar dengan segala Kuasa-Nya. Tak ada sekecil apapun kebaikan yang akan disia-siakan oleh-Nya. Dia akan memberikan balasan dengan cara-Nya sendiri yang tentunya terbaik untuk para hamba-Nya.

Kebaikan dalam aktivitas sosial tidak melulu harus dengan cara mengeluarkan harta. Tenaga dan pikiran adalah bentuk lain yang dapat diberikan untuk beraktivitas sosial. Besaran dan bentuk yang diberikan tidak menjadi soal, namun jiwa sosial yang termanifestasi dalam aktivitas-aktivitas sosial selalu ada di setiap hembusan nafas. Oleh karena itu, mengapa harus takut beraktivitas sosial, walau budget pas-pasan? Mengapa harus menunggu berlebihan harta untuk dapat berbagi dengan sesama? Miliki jiwa sosial sekarang juga, walau budget pas-pasan. Jangan tunggu hari esok untuk sebuah kebaikan, tak selamanya hari esok akan dijumpai. Lakukan dan berikan sesuatu yang ada untuk kebaikan, sesuatu yang lebih akan didapatkan. Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan hamba-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun