Jarum jam menunjukkan pukul 21:15 WIB, ketika saya tiba di GKJ (Gereja Kristen Jawa) Sidomukti Salatiga, yang berlokasi di Jl. Brigjen Sudiarto no. 12. Disinilah titik kumpul pendakian kami ke Gunung Prau (kamis 9/5/2024).
Saya menerima ajakan tektok Pak Jatmiko ke Gunung Prau bersama dengan suatu komunitas pecinta alam, yang dimotori oleh jemaat GKJ Sidomukti.Â
Komunitas ini hampir satu tahun terbentuk. Sebagai wadah untuk menyalurkan hobi dan passion yang sama, yaitu mencintai alam, menyukai tantangan dan olahraga.
Kegiatan rutinnya, diantaranya berenang di Pemandian Air Alam (kolam renang) Muncul dan mendaki gunung.Â
Seiring dengan berjalannya waktu, anggotanya terus bertambah. Peran media sosial sangatlah besar. Postingan mereka ketika di Gunung Ungaran, Andong dan Telomoyo, memotivasi teman-teman mereka untuk turut bergabung. Ternyata, menjadi tua, tidak selalu identik dengan lemah fisik dan sakit-sakitan.
Aktivitas pendakian gunung tentulah membutuhkan stamina yang prima. Modal semangat saja tidaklah cukup. Persiapan fisik sebelum melakukan pendakian sangatlah penting.Â
Pak Jatmiko (60) beserta istri melakukan olahraga lebih intensif lagi sebelum pendakian ke Gunung Prau. Tanjakan terjal ke arah Perumahan Tegalrejo Permai Salatiga, menjadi menu utama jalan pagi mereka. Sedangkan Mbak Estu (60) dan Bu Trisilowati (62), disiplin menjaga kebugaran fisik mereka di Kolam Renang Muncul.
Komunitas pecinta alam ini terbuka untuk warga diluar jemaat GKJ Sidomukti Salatiga yang ingin bergabung, karena moto mereka adalah: "Marilah kita sehat bersama-sama di usia tua."
Setelah packing barang dan semua kebutuhan pendakian ke bagasi mobil, Pak Teguh memimpin doa untuk keselamatan kami selama perjalan dan pendakian ke Gunung Prau.
Pukul 22:05 kami memulai perjalanan dari Salatiga. 17 peserta, yang terdiri dari 10 wanita dan 7 pria, dibagi ke dalam dua kendaraan, Toyota Avanza dan Hiace.Â