Kusmiati (48) sudah berjualan Pecel Bunga Kecombrang sejak 5 tahun yang lalu, hampir bertepatan dengan dibukanya obyek wisata Curug Jenggala, katanya.
Satu porsi Pecel Bunga Kecombrang di hargai Rp12.000, dengan bumbu kacang yang "luget", mencampur aneka sayuran yang direbus atau dikukus, yang terdiri dari kangkung, tauge, sawi putih, labu siam, dan tentunya bunga kecombrang yang dikukus, dan juga irisan ketupat.
Yang saya suka, Bu Kusmiati tidak pelit memberi bumbu. Bahkan ia sempat bertanya pada saya apa perlu di tambah bumbu lagi. Menurut saya, bumbu kacangnya pas sekali racikannya dan banyak. Pedesnya pun bisa menyesuaikan dengan selera pembeli. Tinggal bilang mau pedes atau sedang.
Bunga kecombrang berwarna merah muda sering dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan. Di daerah Kabupaten Banyumas, kecombrang yang dikukus dijadikan bahan dari pecel khas Banyumas.
Rasanya wangi menambah aroma rasa pecel. Sangat kontras dengan rasa sayuran lain yang menyertainya. Justru itu yang saya suka, memacu nafsu makan saya. Namun tentunya tidak semua orang bisa menikmati rasa bunga kecombrang.
Menikmati Pecel Bunga Kecombrang akan semakin nikmat jika ditemani dengan tempe mendoan hangat. Setelah meracik pecel, bu Kusmiati lalu menggoreng beberapa tempe mendoan yang sudah dicelup kedalam tepung berbumbu.
Tekstur tempe mendoan khas Purwokerto (Banyumas) lembut dan basah. Paling nikmat dimakan selagi hangat sambil menggigit cabe rawit segar. Empat biji mendoan harganya Rp. 10.000.
Untuk minumannya saya memesan Es Badeg. Satu gelasnya Rp. 5.000. Minuman khas Banyumas ini terbuat dari sari bunga kelapa (manggar), merupakan bahan dasar dalam pembuatan aren. Manggar disadap lalu diambil niranya. Menurut saya, kalau seandainya di tambah sedikit gula jawa atau gula aren pasti rasanya lebih nikmat.