Tak lama berjalan saya menjumpai area glamping menghadap ke sungai dengan latar belakang perbukitan hijau di lereng Gunung Slamet. Glamping adalah cara nyaman berkemah dengan fasilitas yang memadai. Kamu akan bisa tidur nyenyak di "tenda." Liburanmu jadi lebih menyenangkan sambil menikmati keindahan alam disekitarnya.
Dari dekat area glamping ada percabangan jalan. Ke arah kanan menuju ke Curug Jenggala, sedangkan ke arah kiri, kamu nanti akan menjumpai pipa raksasa, yaitu sepasang pipa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ketenger.
Kolam tando air berada di dekat loket masuk Curug Jenggala, sedangkan pembangkit listrik dan kantornya berada di Desa Melung, Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.
Trek yang naik turun mengikuti sepasang pipa besar ini merupakan salah satu jalur favorit bagi beberapa komunitas Hash House Harrier di Purwokerto, yaitu komunitas jalan sehat/lari lintas alam. Mereka biasanya melakukan aktivitas olahraga tersebut pada hari sabtu atau minggu pagi.
Dalam perjalanan menuju ke Curug Jenggala, saya berhenti di sebuah warung yang ada toiletnya. Setelah memakai toilet cukup membayar Rp. 2.000. Ketika mengetahui di warung itu juga menjual Pecel Bunga Kecombrang dan Tempe Mendoan, saya pun memutuskan untuk makan siang dulu.
Saat itu jarum jam pun sudah menunjukkan pukul 11:30 WIB. Sudah saatnya untuk makan siang, sehingga stamina akan lebih kuat untuk melanjutkan perjalanan.
Pecel Bunga Kecombrang, Tempe Mendoan dan Es Badeg
Purwokerto adalah ibu kota dari Kabupaten Banyumas. Selain wisata alamnya yang menarik untuk dikunjungi, ketika kamu berwisata di seputar Kecamatan Baturraden, jangan lupakan untuk mencoba mencicipi Pecel Bunga Kecombrang.
Menurut saya, rasanya enak dan unik. Memiliki citarasa khas yang membedakan pecel dari daerah lain. Itu karena ada tambahan bunga kecombrang. Namun, suka atau tidaknya tentunya tergantung selera tiap individu.