Sraten berasal dari kata "Srati", seorang penjinak atau pawang gajah. Dahulu pada tahun 1850-an, lewatlah di desa ini rombongan penggawa dari keraton Solo (Surakarta) yang sedang dalam perjalanan menuju ke Demak. Mereka menunggang gajah. Namun, entah apa penyebabnya, binatang besar berbelalai panjang tersebut tiba-tiba mengamuk. Para penggawa tidak bisa mengatasinya.Â
Akhirnya setelah diadakan sayembara, Truko, seorang pemuda lokal bisa menenangkan gajah yang mengamuk itu. Untuk mengingat peristiwa tersebut, tempat kejadian oleh para penggawa Keraton Surakarta dinamakan "Srati". Dan mengatakan bahwa desa ini akan menjadi desa yang makmur.
Namun dengan berjalannya waktu, juga oleh karena lebih nyaman dalam pelafalan, masyarakat setempat mengganti "Srati" dengan "Sraten". Dan nama itu dipakai sampai sekarang (solopos.com).Â
Ketika suatu pagi saya sedang berjalan-jalan di area persawahan Sraten, saya sempat bertemu dan mengobrol dengan Bapak Muhammad, seorang warga setempat yang biasa dipanggil "Pak Ustadz". Bapak yang ramah ini menceritakan bahwa dahulu kira-kira sebelum masa kolonialisme di Indonesia, ada gajah yang mengamuk di Sraten. Namun pada akhirnya bisa dijinakkan. Itulah awal mula nama Sraten. Diambil dari kata "Srati" yang berarti pawang gajah.
Kisah heroik ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sraten siap membantu orang lain yang dalam kesulitan, walaupun tindakan membantu tersebut bisa membahayakan keselamatannya sendiri.
Apa kuliner khas Desa Sraten yang paling favorit?
Seperti halnya di Kota Salatiga, Soto Ayam juga digemari di Desa Sraten. Terbukti dengan mudahnya mencari warung soto ini. Harganyapun terbilang murah, Rp. 5 ribuan. Penjual soto ayam juga menyajikan aneka lauk sebagai pelengkapnya--seperti sate telur puyuh, sate usus, kerupuk, perkedel dan tempe goreng.Â
Seperti halnya dengan Soto Ayam, lidah masyarakat Desa Sraten juga sudah terbiasa dengan gurihnya telur asin. Bahan bakunya terbuat dari telur bebek. Peternakan bebek skala kecil banyak dijumpai di desa ini dan desa-desa sekitarnya, seperti di Desa Rowosari dan Rowoboni. "Home industry" (industri rumahan) telur asin mempunyai potensi yang cukup besar untuk meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat karena meningkatnya nilai ekonomis dari telur tersebut. Harga satu telur asin Rp. 3.500.
Dalam upaya peningkatan perekonomian di Desa Sraten dalam sektor pertanian, dibangunlah infrastruktur penunjangnya. Seperti "Rabat Beton Jalan Usaha Tani" di area persawahan di "Tanah Bengkok Desa Sraten".Â
Betonisasi jalan persawahan memberikan manfaat yang besar, yaitu mempermudah dan mempercepat akses ke sawah -- seperti mengirim bibit padi ke sawah, memanen dan sebagainya.Â
Jenis padi yang banyak ditanam di area persawahan itu adalah varietas "C4". Bisa  dipanen dua kali dalam setahun. Namun sebagian petani mencoba menanam padi varietas "GH dan Pandan Wangi".