Mohon tunggu...
Aris Arianto
Aris Arianto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMAN Madani Palu-Sulteng (Meretas Jalan Sunyi)

Pendidik di SMAN Madani Palu-Sulteng (Meretas jalan sunyi)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sabina, Seandainya Kamu Pembina Pramuka!

21 Agustus 2014   16:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:58 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14089507421365265584

Saya mengenalmu lewat pemberitaan di media massa, baik di media cetak maupun daring. Akibat ketenaranmu, saya pun tahu nama lengkapmu Sabina Altynbekova. Kamu seorang pevoli cantik dari Kazakhstan. Bahkan saya tahu, nama kamu melejit karena kecantikan kamu yang menyita perhatian banyak orang saat kamu tampil di Asian Women Volleyball U-19 Championship 2014, Taiwan.

Saya yakin, over ekspos media tentang kamu bukan karena kehebatan penampilanmu menepuk si kulit bundar, melainkan karena dominasi penampakkan parasmu yang ayu. Cerita tentang artis cantik itu biasa, tetapi cerita pevoli cantik mungkin tidak biasa. Sehingga dalam dunia jurnalistik, “artis cantik” sudah menjadi berita basi, tetapi “pevoli cantik” masih menjadi berita menarik. Itulah yang terjadi padamu, Sabina.

Mengapa saya menulis tentangmu? Jujur, saya tidak latah mengekor infotainment yang mewartakan kecantikanmu dan juga penggemarmu yang seabrek itu. Atau para paparazzi yang mengabadikan senyum manismu agar dipampang di lembaran-lembaran cetak. Saya menulis tentangmu bukan karena pancaran aura cantikmu atau karena kamu seorang pevoli dari Kazakhstan.

Saya menulismu karena kamu begitu menyayangi orang yang sudah melahirkanmu di dunia fana ini. Cerita tentangmu ini semata-mata karena kekaguman saya atas pengabdian tulusmu kepada kedua orangtuamu.

Ketika semua orang memimpikan ketenaran, kamu justru menolak tawaran pekerjaan di agensi model ternama di Taiwan. Begitu juga tawaran sebagai duta Breeze Centre, pusat perbelanjaan Taiwan kamu abaikan. Bahkan pekerjaan menggiurkan dari perusahaan ternama Taiwan, Debrand, lagi-lagi kamu bergeming. Kamu sungguh manusia langka menurut saya, teramat langka, Sabina. Saya memastikan, dibalik paras cantik itu, kamu pasti sangat menyukai kesederhanaan. Untuk semua itu, saya mengangkat dua jempol “kekaguman” untukmu.

Sabina Altynbekova, kamu manusia langka yang pernah ada di muka bumi ini. Popularitas, paras cantik, jago voli, punya banyak penggemar, tidak kamu pakai “melawan” orangtuamu meskipun potensi itu ada. Popularitas menurut orangtuamu bisa merusak mentalmu, sungguh sangat beralasan. Mereka begitu menyayangimu. Orangtuamu sangat menginginkan kamu fokus pada pendidikan.

Kabar terakhir yang saya baca, kamu sudah diterima kuliah di jurusan hukum di Universitas Kazakh di Astana City. Wow, kamu bakal menjadi ahli hukum yang jago voli atau pevoli yang ahli hukum. Saya ucapkan, Selamat, Sabina.

Sabina, saya membayangkan, seandainya kamu menjadi pembina pramuka. Saya yakin kamu pasti suka, karena kamu menyukai kesederhanaan. Saya yakin kamu tidak menolak tawaran “pekerjaan” menjadi pembina pramuka karena kamu tidak ingin popularitas apalagi kemasyhuran. Meskipun kamu punya segudang kesibukan, kamu pasti meluangkan waktu untuk mendidik dan melatih anak-anak pramuka. Itu karena kamu mencintai pendidikan.

Sabina Altynbekova, seandainya kamu pembina pramuka, mungkin tidak ada lagi orang yang mencibir dan merendahkan “pekerjaan” pembina. Mungkin (ya mungkin) tidak ada yang “mentertawakan” dan “meremehkan” kegiatan pramuka. Mungkin juga saya dan lainnya sangat bersuka cita menyaksikan teman-teman guru atau siapapun menjadi pembina.

Dan yang menggembirakan banyak anggota muda yang bangun dari tidurnya. Akan banyak yang bergegas ke pangkalan latihan bersamamu, Sabina. Itu karena kesederhanaan yang membingkai kecantikan dan kecerdasanmu.

“Prok prok”, tiba-tiba samar terdengar seperti suara tepukan. Saya yakin itu bukan suara tepuk pramuka, karena hanya terdengar dua kali. Saya kaget ketika seorang teman menepuk bahu diikuti dengan teriakan, “Ris, sudah waktunya pulang!”.

Rupanya saya tertidur di ruang guru, sesaat setelah membaca berita tentang si cantik Sabina Altynbekova di Koran Mercusuar. Alhamdullillah ternyata hanya mimpi. Seandainya ini nyata, sungguh malang nasibmu, Sabina Altynbekova.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun