Mohon tunggu...
Arisanti Marella
Arisanti Marella Mohon Tunggu... Makeup Artist - Mahasiswa semester akhir yang berjuang

Hai, menulis adlah hal yang aku sukai mulai pelan pelan menulis membuatku semangat terjun untuk belajar membuat artikel menarik tentang gaya hidup.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Budaya Thrift Shop Ideologi Masa Kini

16 April 2022   11:38 Diperbarui: 16 April 2022   11:43 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkembangan Thrift Shop atau pakaian bekas merupakan pakaian bekas atau sisa eksport luar yang sudah tidak dijual lagi dan di jual lagi dengan harga yang jauh lebih murah, Thrift Shop merupakan sebuah toko yang menjual barang tersebut dengan di obral ditaruh sebuah tempat dan mungkin jika kita beruntung akan mendapatkan barang yang bagus dan bermerk, merk seperti HnM, Uniqlo,GAP bahkan Gucci Original bisa di temukan di Thrift Shop tersebut, barang yang dijual pun, bersifat jadul dan unik misalnya barang yang tidak bisa kita temukan dijaman sekarang, atau mungkin barag peninggalan jaman dahulu. di Indonesia Thrift Shop atau bisa kita sebut awul-awul,dalbo,baju bekas, sangat berkembang pesat  terutama di daerah Pasar Senen di Jakarta pusat Thrift paling besar dan menyebar luas ke seluruh Indonesia,  sangat digemari oleh semua kalangan terutama remaja, dengan harga yang terjangkau, dengan gitu pembelian thrift juga bisa menyelamatkan pakaian yang tidak dibuang justru digunakan, pembelian baju melalui thrift shop pun memunculkan gaya pakaian yang baru di era sekarang dengan harga yang murah kita bisa memakai pakaian tersebut secara elegan dengan memadu cocokkan warna,bahan, tekstur, pola yang pas kita pakai di tubuh kita, ini merupakan suatu budaya yang berkembang hingga pesat sekarang.

Thrift Shop merupakan Trend membeli barang bekas, kegiatan  berasal dari Amerika, dinikmati oleh kalangan menegah kebawah dan menengah ke atas. Memiliki ciri khas, harganya yang terjangkau dan barang-barang yang unik. Thrift Shop  dijual  sebuah toko yang menjual barang bekas, hanya ada satu ukuran, satu barang tidak bisa digandakan jadi ya hanya itu yang tersedia ya itu yang ingin anda beli atau tidak. Dikirim dari pusat dengan berkilo-kilogram tidak bisa memilih sendiri bagi  para penjual jadi yang mereka dapatkan itu ya itu yang harus mereka jual. Sangat laku keras di kalangan para remaja untuk membuat gaya/style unik mereka.

Budaya Thrift masih sangat autentik digunakan atau ditonton, pada jaman sekarang orang pasti tidak mengerti baju yang bagus tentu mahal, padahal tidak itu berasal dari barang bekas lalu dicampur adukkan menjadi suatu nada pakaian yang bagus, dan kembali lagi semua tergantung siapa pemakainya. Budaya Thrift tidak bisa di reproduksi karena barang tersebut hanya ada satu berasal dari pemilik sebelumnya lalu menjual atau membuangnya atau produksi yang berlebihan lalu dibuang Cuma-Cuma padahal masih bagus apabila digunakan.

Kelebihan dari Thrift Shop kita bisa menemukan barang yang unik, lucu dan menarik dengan berebutan dengan pembeli yang lainnya. Dan harganya sangat terjangkau dan jika kau membeli banyak harganya bisa ditawar. Keanekaragaman jenis juga tersedia jadi kita hanya memilih saja.  Kekurangannya adalah nggak semua baju bekas itu bagus, kadang ada yang bekas darah, bercak berak, bercak panu, jadi kita tidak mengetahui barang tersebut dari mana asalnya. Thrift Shop sangat ramai dan kadang rawan pencopet saat hunting baju, intinya tidak menjamin barangnya bagus ya harga murah masa mau bahan bagus? Dan karena produk nya hanya satu kita harus berebut dengan pembeli lainnya. 

Dalam kegiatan membeli barang bekas ini, tidak sepenuhnya orang-orang mengerti atau hanya ikut-ikut saja, dalam hal ini ada suatu kaum tertentu yang menyerang kegiatan kelas kebawah, karena kebanyakan masyarakat kelas bawah yang melakukan kegiatan ini, disini terlihat bahwa kaum bawah tertindas oleh kaum atas, yang dimana kaum menengah keatas mampu membeli pakaian dengan harga yang terjangkau malah ikut-ikutan membeli barang milik kaum yang bawah, otomatis kaum bawah mulai tergeser akan hal ini.

Hal ini dihubungkan dengan ideology menurut pandangan De Tracy, De Tracy merupakan pelopor istilah ideologi pertama kali karena kajiannya yang sistematis terhadap ideology. De Tracy memandang idelogi sebagai ilmu pengetahuan tentang Ide. Ia menjelaskan bahwa sebagai suatu ilmu pengetahuan, ideologi dituntut obyektif dalam mempelajari suatu ide-ide, mulai dari asal usul ide, Thrift shop atau jual beli barang bekas ini dimulai pada jaman Revolusi industri yang memperkenalkan produksi massal besar-besaran  pakaian, yang dimana akan mengubah permainan dunia . 

Semakin terjangkau untuk membeli pakaian baru, semakin banyak orang yang menganggap pakaian hanya digunakan sekali pakai. Le Zotte menunjukkan bahwa seiring dengan pertumbuhan populasi perkotaan, ukuran ruang hidup menyusut, dan lebih banyak harta benda dibuang.Ada stigma yang melekat pada pemakaian baju bekas milik orang asing. 

Pakaian bekas sering tersedia dari kereta dorong yang sebagian besar dimulai oleh imigran Yahudi, yang pilihan profesionalnya sering dibatasi oleh anti-Semitisme.Semitisme sendiri merupakan permusuhan atau diskriminasi terhadap orang Yahudi sebagai kelompok agama, etnis, atau ras. Prasangka itu akhirnya  menular ke dagangan mereka. Misalnya, terbitan 3 Mei 1884, pada Saturday Evening Post memuat cerita satir tentang seorang gadis yang terkena cacar dari gaun yang dia beli dari toko penjualan kembali milik orang Yahudi dan itu akan menjadikan suatu hal yang kontroversional.

Ide ini muncul Pembeli pakaian bekas tampaknya dimotivasi oleh beberapa faktor. seperti, harga wajar, etika, masalah lingkungan, dan manfaat rekreasi telah memungkinkan berkembangnya pasar barang bekas. Mode keaslian dan keunikan vintage adalah karakteristik lain yang menarik bagi konsumen saat ini mengidentifikasi harga, keunikan, keinginan untuk mencoba pakaian, konsumerisme lingkungan, dan hobi sebagai alasan untuk membeli dari sumber eceran bekas.

Selain itu, pengecer barang bekas memenuhi kebutuhan tradisional pengecer tidak bisa menyediakan  dengan demikian memungkinkan pengecer bekas untuk bersaing dengan pengecer Pasar pakaian bekas di Inggris sangat berkembang dan telah, seperti pasar Amerika,  mengamati perkembangan konsumsi pakaian bekas selama dua dekade terakhir. meningkatnya jumlah konsumen dan munculnya toko amal di lokasi jalan raya selama akhir 1990-an, juga menunjukkan peningkatan keinginan pakaian bekas di Inggris. Meski begitu, permintaan konsumen semakin meningkat dan banyaknya pengecer pakaian bekas mengubah cara mereka berbisnis.  

Strategi yang dapat digunakan untuk menyebarkan ide ide adalah tidak diperlukan dalam hal ini, karena factor orang sendiri yang akan menghampiri penjual, karena Thrift shop budaya ini adalah kebutuhan dari pembeli, kita yang akan membutuhkan para penjual tidak akan rugi meskipun dijual dengan harga yang murah karena ini sifatnya akan terus menerus seperti recycle. kurangnya informasi tentang pengecer barang bekas, dan yang terkait preferensi belanja konsumen, mempersulit prediksi kebutuhan konsumen, dan menerapkannya model bisnis yang tepat dan strategi pemasaran untuk pengecer. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun