Mohon tunggu...
Aris Ahmad Risadi
Aris Ahmad Risadi Mohon Tunggu... profesional -

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terbelah

1 Februari 2017   08:43 Diperbarui: 1 Februari 2017   09:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika biji kedelai satu-satu kukumpulkan. Tak adalah yang hiraukan.

Segelas ku dapatkan. Ku lari ke pasar. Ternyata laku di jual. Biarlah sedikit. Lumayan sudah mampu 'tuk membayar uang makan. Kini ku tahu itu.

Besok nya ku bawa sekarung. Ku jual juga. Bayarannya tak sesuai harapan. Ternyata pedagang itu sdh merusak timbangan. Kini ku tahu itu. Aku terdiam, pedagang pun diam merasa tak bersalah.

Besok nya ku ke pasar lagi. Dengan sisa keberanian ku tegur pedagang itu. Dengan sekejap merangseklah preman seraya berkata, "Ada apa ini? Cari mati kau". Aku terdiam. Kini ku tahu itu.

Semula ku ingin lanjut bertanya. Kenapa kesemrawutan itu ada. Sebenarnya juga ku tahu kenapa, siapa dan bagaimana modus operandinya.

Tak tahulah harus bagaimana. Apalah arti si pengumpul biji kedelai. Lidah laksana terkunci. Terlebih sedikit banyak pelakunya adalah kawan sendiri. Para idealis yang berdiri di dua sisi.

Komsen-Jatiasih, 9 September   2013

Aris Ahmad Risadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun