"Hidup ini penuh dengan misteri, ada senang dan ada pula sedih". Kita tidak tau semua itu kapan datangnya yang pastinya silih berganti. Mulai aku ungkapkan rasa hati saat ini disaat penuh dengan sedih, entah kenapa hati ini terasa ingin merintih ketika ketidakpunyaan menyelimuti. Aku terasa tertikam pedih ketika melihat orang lain bisa tertawa lepas menghampiri, namun aku malah bergejolak mati dengan semua rasa ini. Malam ini aku bingung sendiri, harus bagaimana menyikapi. Menunggu ketidakpastian memang sangat menyakiti akibatnya seperti anak tidak tau diri. Malang memang aku bagaikan bayi yang kehilangan kasih sayang yang hakiki, tidak tenang, menyusahkan dan melayang-layang tinggi.
Sampai kapan semua ini, "aku ingin terbang bebas seperti prajurit lebah membawa madu asli sedangkan manfaatnya bisa di nikmati". Ingin sekali aku berhenti dari aktivitas sekarang ini seperti tidak ada hasil yang mengagumi karena ketidakadaan tadi. Aku malu sekali, biarpun natijahku tidak mengecewakan diri namun tidak ada perkembangan yang berarti.
Seandainya ada seorang raja atau pun peri yang menyikapi keadaanku ini, akan aku pertimbangkan dengan senang hati, baik itu berteman hati, berkenalan diri maupun berbagi rezeki.
Sampai sini kisah ini, aku tutup dengan setengah hati, disaat gelisah menyebar benih di dalam diri pada malam hari ini, seperti tidak sadar menyentuh duri sampai tidak disadari hingga ditiduri. Cukup sekian sampai jumpa lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H