Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Midnight Train" by Aris Balu

8 Februari 2023   07:19 Diperbarui: 8 Februari 2023   07:25 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: unsplash.com

My patience runs thin, another hour spend drowning beneath the neon, waiting for the midnight train

How long has it been? 4 or 5 years, more than a thousand tears, I can't remember

For you are the ultimate pretender, your skin reeks of lies and deception, of denial and rejection

You kept me waiting, freezing under the night sky, holding on to love against the breezing wind of loneliness

My dearest priestess of sunshine, my will won't be shaken by the thundering steel 

Thus, when the train arrives, I stood still

Let it be known that the coldness within your eyes stand useless against the hope of holding your arms

I've seen the meaning of your silence, it cause me no harm

when the train door is upon me, your smile remains a place of happiness and warmth

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun