Apa yang mendefinisikan maskulinitas seorang pria? Apakah mengenakan pakaian bermerek ternama, menaiki mobil mewah dan makan di restoran bintang lima, atau mungkin memiliki pekerjaan kelas atas dan punya tubuh atletis yang diidamkan setiap wanita?
Jika hal-hal diatas merupakan aspek dominan yang menentukan tempat seorang pria di dalam hirarki sosial, tentu tidak ada salahnya jika kaum laki-laki mengidolakan seseorang yang memiliki itu semua.
Akan tetapi, menempatkan materialisme sebagai tujuan utama dalam hidup memiliki konsekuensi tersendiri. Hal itu dapat mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang yang jika ditelaah secara eksplisit, menghadirkan fenomena sosial yang cukup menarik.
Dalam kurun waktu sebulan terakhir, akun Instagram saya tiba-tiba dikerumuni oleh sejumlah video singkat yang menggambarkan Patrick Bateman, karakter utama dari film tahun 2000, American Psycho.
Video-video tersebut memiliki format yang hampir sama. Video berisikan potongan dialog sang karakter, adegan pembunuhan yang ia lakukan serta dibumbui lagu "The Perfect Girl" seperti dibawah ini.
Meskipun video-video tersebut punya konteks meme/lelucon yang melekat pada intisarinya, respon pengguna Instagram pada kolom komentar sangat menarik perhatian saya.
Beberapa menyayangkan mengapa banyak orang yang mengidolakan Bateman, sementara mayoritas (terutama kaum pria) merasa memiliki koneksi dengan karakter tersebut.
Mengapa seorang pembunuh dalam sebuah film  dari dua dekade lalu seketika sangat populer di era ini? Apa saja faktor yang menyebabkan Patrick Bateman melalui meme-nya bertransformasi menjadi juru selamat bagi kaum laki-laki modern?
Hal tersebut akan kita bahas dengan memaparkan karakteristik Bateman melalui kacamata pemikiran Carl Jung mengenai hubungan "the shadow" dengan tonggak moralitas seorang individu.