Pun jika menanam kembali pohon yang telah di tebang, butuh waktu lama. Setidaknya membutuhkan waktu sekitar minimal 5 tahun ke atas. Itu rata-rata umur pohon pada umumnya, tergantung relief tanah di mana bibit pohon tersebut di tanam. Selain itu, penebangan pohon dapat menyumbang emisi.
Menurut data yang rilis Gateway Conversation, 5% pohon ditebang yang tidak dimanfaatkan dari total pohon yang ditebang. Penurunan emisi bisa dicapai dengan tidak menebang pohon. Dari sinilah manusia mulai menyumbang emisi karbon dioksida (CO2). CO2 timbul seiring dengan perkembangan era industrialisasi.
Sementara itu, Pusat Analisis Informasi Karbon Dioksida Departemen Energi AS (CDIAC) merilis, manusia telah meningkatkan lebih dari 400 miliar ton CO2 ke atmosfer sejak tahun 1751. Kemudian Global Carbon Project memperkirakan CO2 Â di dunia telah meningkat sekitar 2,7% dari kurun waktu dua tahun (2017 hingga 2018).
Dari berbagai sumber di atas, betapa CO2 mengancam kelangsungan hidup umat  manusia sehingga perlu diwaspadai agar tidak menebang pohon sebagai salah satu sumber penyumbang emisi.
Akibatnya pemerintah masih membuka kran perijinan pengelolaan hutan di sektor industri. Biasanya pemerintah memberikan ijin dengan alasan pertumbuhan ekonomi sehingga pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit, penebangan, dan pertambangan tanpa mempertimbangkan dampak yang di timbulkan.
Untuk itu, pemerintah harus serius mengatasi kasus ini, menyerukan kepada para pemangku kebijakan agar beralih ke ekonomi rendah emisi. Energi terbarukan menjadi alternatif lain karena merupakan teknologi rendah emisi sehingga perlu di optimalkan pemanfaatannya sehingga pada tahun 2030 nanti, CO2 dapat di turunkan menjadi 29%, artinya target tersebut akan mengalami penurunan 3%. Terget tersebut lebih rendah dari China yang memperkirakan hanya sebesar 1,2-1,4 giga pada 2030. Sementara Amerika Serikat hanya mentargetkan penurunan sekitar 0,87 giga.Â
Menanam 1 pohon berarti kita  bersedekah 1,2 kg oksigen (O2) perhari atau memberikan manfaat untuk 2 orang per hari karena 1 batang pohon (jenis Trembesi) mampu menghasilkan 78 kg O2 atau menghasilkan 28,48 ton O2 per tahun.
Sebaliknya menebang 1 pohon sama dengan 2 orang akan kehilangan 1,2 kg O2 perhari. Rata-rata dalam sehari manusia membutuhkan (menghirup) 0,2 O2. Padahal O2 adalah salah satu unsur yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan mahkluk hidup, terutama manusia.
Manfaat lain dari pohon tidak hanya sebagai penyumbang O2, namun sebagai cadangan air untuk di minum dan pemanfaatan lainnya, dimana akar pohon dapat menyerap air hujan ke dalam tanah, ketika saat musim hujan, akar pohon dapat mencegah air yang  meluap menjadi banjir, sehingga air yang terserap di akar pohon tersebut dapat digunakan saat musim kemarau tiba.
Selain itu, pohon juga dapat menghasilkan buah, daun, batang, kayu, akar, dan biji yang dapat dimakan dan dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan pokok manusia. Tidak hanya manusia, manfaat lain dari pohon pun menjadi tempat tinggal dan mencari makan berbagai spesies hewan, mulai dari burung, kupu-kupu, ulat, serangga, maupun berbagai jenis spesies lainnya.
Oleh karena itu, di tengah musim kemarau panjang ini, perlu ada kesadaran kolektif. Dimana manusia sebagai makhluk hidup yang berakal agar berdamai dengan alam dan lingkungan sekitar, karena sumber kekayaan alam hayati tidak hanya di eksplorasi dan di eksploitasi dalam jangka pendek, namun perlu ada keseimbangan ekosistem.