"Saya tahu itu hal sepele, tapi tahukan, donat dan pepaya itu adalah yg kutunggu-tunggu, tapi tidak dibelikan alasannya lupa" ia sangat sedih, apalag hamil memikirkan hal-hal konyol yang membuatnya ingin segera pergi dari keluarga yang Toxic.
Sampai usia 5 bulan, ketika dirumah suaminya pada keluar kota, dia ditinggal bersama suami dan saudara lain yg masih kecil, ia naik turun tangga karena gak ada orng dirumah utama, akhirnya ia sangat kelelahan dan pecahlah ketuban. Ia masuk RS dan esoknya, dua bayi kembarnya dinyatakan meninggal.
Dia mau menyalahkan siapa? keadaan?
belum lagi sepupu dari suaminya, mulutnya tajam-tajam, ada si Janda yang malah tertawa-tawa saat menunggu Aini di bad RS, ia bercertita di telfon dengan ibunya dan saudara-saudaranya seakan-seakan menunggu acara ulang tahun, ia mengomentari yang bukan privasinya. bahkan saat upacara kematian 5 hari, Aini tidak tahan dirumah, karena kesedihannya yang mendalam, ia berusaha keluar rumah ke tempat sahabatnya, si Janda dengan entengnya bilang "Anaknya mati kok kelaypan"
Aini diam, tapi dia mengingat, ia akan terus ingat kalimat itu. Ia dirumah tidak mendapatkan dukungan hatinya, mereka seperti biasa aja, tapi bagi seorang ibu ditinggal mati anaknya, seperti kiamat. dunianya runtuh, suaminya juga menganggap itu takdir. Tapi, hingga saat ini menceritakan disini, hatinya masih sangat sakit jika mengingat kejadian itu.
"IA sangat sakit hati dengan mertuanya, jika tidak sanggup menjaga, jangan memaksa Aini untuk pulang ke Jakarta, dengan alasan lahiran dan tinggal disana aja, toh disana dijadiin babu, tidak dijaga kandungannya, semoga kelas kalian merasakan kehilangan spertii yang kurasakan dengan cara yang hampir sama, kalian punya anak perempuan, diantara anak perempuan kalian, akan mengalami kehilangan anak sepertiku yang disebabkan mertua maut,"
"Ia juga sakit hati dengan suaminya, sudah tau kondisi kehamilannya beresiko, diam aja tidak membelanya, padahal itu anak darah dagingnya"
"Ia juga sakit hati dengan sepupunya, katanya kegugurannya karena Aini salah makan, Busyet dah, itu karena keluargamu, bibimu super nyuruh2, mulutnya dan sikapnya menganggap orng lain BABU, bukan karena makanan, semoga kelak kau merasakan kehilangan anak,"
Meskipun ia berusaha belajar memaafkan, tapi melukapan bukanlah hal mudah, apalagi kejadian itu tidak mengurangi Toxic pda mereka.Â
Sebegitu sakitnya kehilangan dengan cara seperti itu?
Siapapun yang membaca, saya doakan kalian sehat, panjang umur dan bahagia.