Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gelisah Generasi Sandwich: Menjalani Hidup di Antara Dua Lapisan

30 Juni 2024   10:09 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:59 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi sandwich (Kompas.id)

Anda salah satu orang yang merasa seperti roti lapis di antara dua keju? kalau merasa, ya selamat datang di klub Generasi Sandwich!

Generasi ini adalah mereka yang terhimpit di antara tanggung jawab merawat orang tua yang menua dan membesarkan anak-anak yang masih butuh perhatian ekstra. Seperti sebutan 'sandwich', mereka harus siap diapit dua lapisan kehidupan yang memeras tenaga, waktu, dan emosi.

Ramai belakangan diperbincangkan tentang generasi Sandwich. Tanpa harus berpikir liar kemana tulisan ini mengarah, saya hanya ingin mengorek isi kepala tentang apa yang selama ini dipikirkan generasi muda sekarang, entah itu milenial, Gen Z dan yang lainnya. 

Mari kita mulai dengan membayangkan Anda sedang di sebuah pesta makan malam yang meriah, semua orang sibuk menikmati hidangan dan tertawa, sementara Anda sibuk menjawab telepon dari anak yang butuh bantuan mengerjakan PR dan ayah yang minta diantar ke dokter esok hari. Nah! Anda baru saja merasakan gelisahnya generasi sandwich.

Anda harus berusaha tetap waras di tengah segala tuntutan. Misalnya, ketika anak Anda mengeluh tentang guru yang galak, sementara di sisi lain ibu Anda mengeluh tentang dokter yang lamban, Anda seperti terperangkap dalam episode sinetron tanpa akhir.

Tapi tunggu, ini bukanlah cerita penuh keluhan dan kesedihan. Ini adalah realitas yang menyimpan pelajaran berharga tentang cinta, pengorbanan, dan ketabahan. Saya analogikan kehidupan ini seperti teh tarik? Terkadang pahit, terkadang manis, tapi selalu memberi rasa yang mendalam.

Ada cerita tentang seorang ibu yang berkata pada anaknya, "Nak, tolong bawa nenekmu jalan-jalan ya, ibu mau istirahat sebentar." Sang anak menjawab, "Bu, aku juga capek. Nenek kan bisa naik grab." Tawa kecil yang muncul dari cerita ini mencerminkan betapa kita harus mencari cara untuk tetap bahagia meski di tengah situasi yang sulit.

Di zaman sekarang, teknologi pun sering menjadi penyelamat, atau malah menjadi sumber gelisah baru. Misalnya, saat Anda mengajari orang tua menggunakan ponsel pintar. "Nak, ini apa namanya? Wahatsap? Bagaimana caranya kirim gambar? Aduh, kok ini bisa nyasar ke grup arisan ya?" Sementara itu, anak Anda bertanya, "Ayah, gimana cara reset password ini?" Anda pun harus menjadi ahli IT dadakan yang siap siaga 24/7.

***

Kehidupan generasi sandwich penuh dengan momen-momen yang membuat kita ingin tertawa sekaligus menangis. Misalnya, ketika Anda akhirnya bisa menonton drama Korea favorit setelah seharian bekerja, mengurus anak, dan merawat orang tua, lalu tiba-tiba terdengar panggilan, "Nak, tolong pijitin punggung Bapak sebentar ya." Hanya bisa menghela nafas sambil tersenyum, Anda pun melanjutkan tugas mulia tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun