Mohon tunggu...
Ariq Zahra Khalisa
Ariq Zahra Khalisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

21107030104

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Yangko, Makanan Khas Kotagede yang Jarang Dilirik Wisatawan

9 April 2022   16:20 Diperbarui: 9 April 2022   16:22 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Penulis dengan Bu Karmini pengusaha Yangko Mawar Sari (dokumentasi pribadi)

Yogyakarta tidak pernah luput dari wisata alam dan wisata kuliner nya. Tidak hanya kaya akan tempat wisata namun juga jogja kaya dengan wisata kuliner yang rasanya dapat menghipnotis wisatawan yang berkunjung dan mencicipi rasanya. Yogyakarta merupakan provinsi yang jarang sepi wisatawan karena cocok untuk tempat berlibur, disamping itu harganya yang merakyat.

Beragam jenis wisata kuliner makanan khas Yogyakarta yang menjadi favorit banyak wisatawan maupun penduduk lokal. Liburan di jogja tentu tidak akan lengkap jika tidak membawa oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat dekat. Makanan khas Yogyakarta adalah Gudeg dan Bakpia, namun tidak hanya itu, ada salah satu makanan khas dan cocok untuk oleh oleh dari Yogyakarata bernama yangko yang berasal dari salah satu kecamatan di kota Yogyakarta yaitu Kotagede. Meskipun yangko tidak seterkenal bakpia namun yangko juga cocok untuk dijadikan sebagai oleh-oleh. Biasanya penikmat yangko adalah para orang tua namun para pemuda juga tidak kalah suka menikmati yangko. Sekilas nama wingko dan yangko mirip, tapi sebenernya mereka merupakan dua makanan yang berbeda loh. Wingko merupakan makanan yang terbuat dari tepung beras, gula dan perisa namun wingko menggunakan parutan dari kelapa muda. Sedangkan yangko terbuat dari tepung ketan dan pembuatannya tidak menggunakan campuran parutan kelapa.

Yangko rupanya sudah ada sejak zaman kerajaan, yang dimana saat itu yangko dikenal sebagai makanan raja-raja atau para priyayi. Bahkan pangeran Diponegoro sering menjadikan yangko sebagai salah satu bekal ketika beliau akan berperang karena dapat bertahan lama. Konon, orang yang pertama kali mengenalkannya yangko adalah Mbah Ireng. Meskipun Mbah Ireng sudah membuat Yangko sejak tahun 1921, yangko baru mulai dikenal luas oleh masyarakat pada tahun 1939. Awalnya, yangko ini hanya berisi campuran kacang dan gula namun sekarang sudah berbagai macam varian rasa yang dibuat. Banyak yang belum tau loh kalau yangko itu makanan khas Kotagede Yogyakarta. Yangko merupakan makanan khas Yogyakarta yang terbuat dari tepung ketan. Yangko berbentuk kotak dengan baluran tepung ketan dan memiliki tekstur kenyal dengan rasa manis. Yangko berisi cincangan kacang seperti moci hanya saja bedanya moci teksturnya lebih kenyal dibanding yangko. Yangko juga salah satu oleh oleh yang digemari wisatawan. Pembuatan yangko tidak hanya ada di Kotagede namun didaerah jogja lainnya seperti di Umbulharjo, Singosaren, dan sewon juga ada.

Foto Penulis dengan Bu Karmini pengusaha Yangko Mawar Sari (dokumentasi pribadi)
Foto Penulis dengan Bu Karmini pengusaha Yangko Mawar Sari (dokumentasi pribadi)
Dari hasil wawancara saya dengan salah satu pembuat yangko di Wirokerten yaitu ibu Karmini. Yangko tersebut bernama Yangko Mawar Sari tepatnya di daerah Kepuh Wetan rt 001 Wirokerten banguntapan Bantul. Dahulu Yangko Mawar ini adalah usaha keluarga dibuat oleh orang tua Bu Karmini sendiri kemudian dilanjutakan oleh Bu Karmini sejak tahun 1988 dan sampai sekarang usahanya sudah dilanjut oleh anaknya. Yangko Mawar milik bu Karmini ini memiliki berbagai macam varian rasa seperti durian, stroberi, cocopandan dan frambos (sirup rasberi) namun, dalam satu box yangko sudah berisi semua varian rasa. Bu Karmini tidak memproduksi yangko setiap hari tapi hanya seminggu sekali bersama anaknya, namun saat mendekati lebaran Bu Karmini memproduksi nya setiap hari bersama semua para karyawannya.

Yangko Mawar Sari ini memiliki ketahanan jika musim hujan hanya 8-9 hari di suhu ruangan, tapi jika di musim kemarau yangko memliki ketahanan hinggan 12-15 hari di suhu ruangan. Proses pembuatan yangko ini tergantung banyak nya yangko yang ingin dibuat kalau harian sekitar 3 jam menghasilkan 120 box tapi jika ingin lebaran mencapai 1000 box perhari. Proses pembuatan yangko dahulu masih menggunakan tenaga manusia untuk mengaduk namun dengan perkembangan teknologi pembuatannya sudah modern menggunakan mesin.  

Dalam pembuatan yangko ini ada beberapa kendala yang dapat menghambat proses pembuatannya, "saat musim hujan adalah salah satu kendala pembuatan yangko karena beras ketan ini harus direbus dan dijemur selama 5 hari, karena yangko Mawar Sari ini masih mengandalkan sinar matahari untuk menjemur beras ketan tersebut" ujar Bu karmini. Setelah melalui proses penjemuran, beras ketan digiling lalu di sangrai. Kemudian Beras ketan yang sudah digiling, digiling kembali baru setelahnya di saring agar menghasilkan tepung baru yang halus sehingga nantinya dapat dibuat adonan yangko. Setelah beras ketan sudah menjadi tepung kemudian diaduk dengan gula pasir yang sudah dicairkan dan di campur bersama dengan perisa yang diinginkan. Lalu dibentuk sesuai keinginan pembuat namun umumnya yangko berbentuk kotak dengan ukuran 2 x 2 cm. Kemudian, yangko yang sudah jadi diberi tepung beras agar menghindari lengket saat dipotong. 

"Proses pengemasan yangko saya lakukan sendiri, dibantu oleh anak dan para karyawan, terkadang anak anak kecil ikut membantu dalam proses pengemasan yangko dengan pengawasan" ujar bu Karmini. Yangko ini biasanya dipasarkan diberbagai pasar daerah Yogyakarta seperti pasar Pleret, pasar Jejeran dan pasar-pasar lainnya. Namun, pada saat bulan ramdhan atau mendekati hari lebaran yangko ini diambil oleh para pedagang untuk dipasarkan kembali di pasar Wonosari, pasar Godean, pasar Ngijon dan bu Karmini sendiri memasarkan produknya ke pasar Wates karena daya jual belinya yang sangat tinggi namun tidak hanya dipasar namun di toko oleh-oleh jogja bias didapatkan. 

Biasanya harga pasaran yangko adalah sekitar 15.000 -- 20.000 tentunya murah sekali bukan? Dengan berkembangnya teknologi kita sebagai anak muda bisa mamasarkan yangko ini melalu internet seperti di Instagram, tiktok dan lain sebagainya. Jadi untuk kalian para pemuda yuk lestarikan makanan tradisional ataupun makanan-makanan khas daerah kalian agar semakin banyak generasi-genrasi yang dapat mencoba ataupun merasakan makanan-makanan khas daerah yang tidak kalah enak. Dengan kita membantu melestarikan, kita juga dapat membantu para pekerja-pekerja rumahan yang membuat makanan ataupun olahan-olahan yang khas dari daerah serta dapat membuat makanan ini tidak punah dari asalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun