Insiden kericuhan yang terjadi di Desa Wadas Purworejo, dalam Aksi Damai warga menolak penambangan batu Andesit di Desa Wadas yang digunakan untuk material pembangunan proyek Bendungan Bener Purworejo.
Warga Wadas melawan dengan damai melakukan melantunkan Dzikir dan menutup akses jalan masuk desa dengan menggunakan batang pohon.
Namun yang terjadi adalah aksi tersebut berakhir dengan kericuhan, pihak pemerintah yang ingin melakukan sosialisasi memaksa masuk ke dalam pemukiman warga.
Mereka dibantu aparat gabungan Tni dan Polri melawan warga wadas yang ingin menjaga tanah mereka. Pada saat aksi berlangsung warga tidak melakukan tindak kekerasan kepada aparat, mereka hanya duduk dan melantunkan dzikir. Sementara itu pada saat aksi damai berlangsung, dilaporkan ada 12 orang yang tertangkap dan 9 orang luka-luka. Aparat yang memaksa masuk melakukan aksi kekerasan terhadap warga. Tidak pandang bulu, kekerasan yang dilakukan aparat terjadi pada Pria dan Wanita, bahkan ibu-ibu yang sedang mela.
Kronologi bermula dari aparat yang mendatangi Desa Wadas sekitar pukul 11.00 siang. Mereka datang dengan menggunakan beberapa mobil, salah satunya membawa mobil besar dengan satu kompi pasukan yang membawa senjata. Karena jalan yang dihadang warga dengan batang pohon, aparat tetap memaksa masuk dengan memotong pohon dengan gergaji mesin, sementara itu warga tetap pada posisi duduk sembari bersolawat, akan tetapi pihak aparat tetap memaksa masuk, Mereka menarik, mendorong, dan memukul warga termasuk ibu-ibu yang bersolawat paling depan. Bentrokan pecah pada pukul 11.30. warga dan mahasiswa yang bersolidaritas ditarik dan ditangkap secara tidak manusiawi, mereka ditangkap dengan cara kekerasan dan dengan cara rambut dijambak
Mereka berharap tidak terjadi lagi kekerasan aparat terhadap warga yang melakukan aksi damai. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H