Mohon tunggu...
Ari Purnama
Ari Purnama Mohon Tunggu... -

Dakwahkan Islam, karena hidup hanya sekali.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Melupakan Derita Dibalik Tahun Baru

1 Januari 2014   12:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta perayaan tahun baru 2014 telah berlalu. Berbagai kegiatan yang menghabiskan milyaran rupiah telah digelar, seperti konser musik, meniup terompet, dsb. Kegiatan ini pun seolah menjadi agenda wajib tahunan masyarakat dan negara pun menjadi sponsor utama. Kegiatan yang bersifat hura-hura dan pesta pora ini sangat diminati sekali oleh sebagian besar masyarakat, terutama kaum muda yang sudah menyiapkan segudang acara untuk terakhir kalinya di akhir tahun.

Mulai dari rakyat miskin hingga kaya, kelas bawah hingga kelas atas, kelas teri hingga kelas kakap semua menjadi satu larut dalam acara ini. Seolah melupakan derita yang mereka rasakan selama bertahun-tahun karena kejahatan sistem negeri ini dan ulah wakil rakyatnya yang tersandung kasus-kasus kriminal. Tak hanya itu, pesta ini pun syarat sekali dengan ajang kemaksiatan, meningkatnya penjualan kondom menjelang akhir tahun seolah menjadi bukti betapa berbahanya kegiatan ini. (http://regional.kompas.com/read/2013/12/31/2113230/Jelang.Tahun.Baru.Kondom.di.Yogya.Laris)

Syarat akan motif politik dan bisnis

Motif politik dan bisnis menjadi tujuan utama para kapitalis lokal dan asing untuk mendongkrak penjualan usaha mereka. Generasi muda seolah acuh tak acuh akan akibat dari kegiatan semacam ini dan sebagian besar dari mereka boleh dikatakan sudah menjadi generasi yang hedonis, materialistik, permisif, dsb. Ulama yang seharusnya menjadi aktor utama untuk mengingatkan akan bahaya dari kegiatan ini pun tak diberi tempat untuk menyampaikan nasehatnya. Ini menjadi bukti sekulerisme yang digunakan di negeri-negeri muslim menjadi asas tunggal yang paling utama daripada peringatan dan ancaman Allah SWT yang amat keras dan pedih.

Lupa akan derita

Di lain pihak, patut kita menengok bagaimana keadaan saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia yang lain. Mereka yang yang di Palestina, Suriah, Mesir, Afghanistan, Pakistan, Rohingnhya, Uighur, dll., sibuk berjihad demi nyawa, harta, kehormatan diri, keluaraga, dan agama dari serangan musuh-musuh Islam. Karena sibuknya sebagian besar negeri dan penduduk sekuler, mereka lupa akan derita saudara seimannya dan membiarkan kezhaliman itu terus berlanjut. Allah SWT berfirman:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَتُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya". (QS. Al-Anfal [8]: 25)

Dalam tafsir Jalalain diterangkan bahwa fitnah akan menimpa tidak hanya kepada orang-orang yang berbuat zhalim saja, tapi akan menimpa secara umum kepada orang-orang yang berbuat zhalim maupun yang lain. Dan cara mencegah fitnah itu adalah dengan mengingkari kemungkaran yang harus diingkari. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya kepada orang-orang yang menyalahi-Nya.

Dalam tafsir Ibnu Abbas diterangkan bahwa kita wajib menjaga dari setiap fitnah yang tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang berbuat zhalim saja, tapi menimpa baik yang berbuat zhalim maupun yang dizhalimi.

Dalam tafsir Al Wajiz diterangkan bahwa dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan orang-orang mukmin agar tidak membiarkan kemungkaran di antara mereka. Kalau mereka membiarkan, maka Allah akan mengumumkan sisksa-Nya kepada mereka. Fitnah di sini justru adalah membiarkan kemungkaran dan meninggalkan upaya mengubahnya (at taghyiir). Akibat tidak ada upaya pencegahan tindak kezhaliman itu, dampak perbuatan zhalim yang dilakukan oleh orang-orang zhalim justru tidak hanya menimpa kepada orang-orang zhalim saja, tapi secara umum akan menimpa semua orang, baik orang-orang zhalim maupun orang-orang salih. Dan dalam firman Allah wa’lamuu annallah syadiidul ‘iqaab (ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya) terdapat dorongan untuk menetapi istiqomah khawatir fitnah dari siksa Allah lantaran kemaksiatan.

Al Baidlowy dalam tafsirnya menerangkan bahwa ada dosa yang bekasnya menimpa kalian secara umum. Dosa seperti itu antara lain adalah doa membiarkan kemungkaran di antara kalian, bersikap kompromi dalam melakukan amar makruf, berbeda-beda pendapat, tampilnya bid’ah-bid’ah, dan bermalas-malasan dalam berjihad.

Dalam kitab Fathul Qadir diterangkan bahwa di antara keras siksa-Nya adalah Dia SWT menimpakan siksa kepada orang yang tidak secara langsung menyebabkan siksa. Di antara siksa yang mungkin termasuk dalam ayat ini adalah penindasan sebagian bangsa atas bangsa lain. Dan dimungkinkan pula bahwa orang-orang yang tidak berbuat zhalim terkadang menyebabkan terjadinya siksa yang disertai sebab, misalnya meninggalkan amar makruf nahi mungkar sehingga sebab-sebab yang secara langsung dilakukan oleh orang yang menzhalimi orang lain dikhususkan kepada orang yang meninggalkan apa yang wajib dilakukan pada saat munculnya kezhaliman.

Wahai Kaum Muslimin

Ingatlah akan ancaman Allah tersebut bagi mereka yang membiarkan kezhaliman, apalagi itu ditimpakan kepada umat Islam. Nabi SAW pernah bersabda,

لتركبنّ سنن من كان قبلكم شبرًا بشبرٍ وذراعاً بذراعٍ حتّى لو أنّ أحدهم دخل جحر ضبٍّ لدخلتم. قلْنا يا رسول اللَّه آلْيهود والنّصارى قال فمنْ

“Kamu pasti akan mengikuti tuntunan/jalan orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sampai salah seorang dari mereka masuk lubang biawak pun kamu pasti akan mengikutinya. Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Al-Hakim dari Ibn Al-Abbas; Lihat, as-Suyuthi, al-Jami’ as-Shaghir, Dar al-Fikr, Beirut, juz II, hal. 401; Hadits no. 7224)

Imam An-Nawawi -rahimahullah- ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziro’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal kekufuran. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.”

Beginilah realitas umat Islam sekarang, sungguh sangat asing dengan budaya ke-Islamannya dan lebih gemar membudayakan budaya (hadlarah) kaum kafir Barat yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat Islam dan membuat lalai akan tugasnya, yaitu amar ma’ruf nahi munkar dan dakwah. Beginilah ketika umat Islam tidak punya lagi benteng untuk menahan serangan pemikiran dan gaya hidup (life style) kaum kafir Barat. Hanya dengan Khilafah-lah benteng itu akan berfungsi kembali untuk membentengi umat Islam dari serangan musuh-musuhnya. Sabda Nabi SAW:

إنّما الإمام جنّةٌ يقاتل من وراءه ويتّقى به

“Sesungguhnya imam adalah laksana perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan dia akan dijadikan sebagai pelindung.” (HR. Muslim juz XII hal. 230, Abu Dawud juz III hal. 188, an-Nasa’i juz VII hal. 156, dan Ahmad juz II hal. 153 dari Abu Hurairah). Wallahu a’lam bi ash-showab. [Ari Purnama | aripurnama93@gmail.com]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun